BAB
I
PENGERTIAN
FILSAFAT
Latar
Belakang Filsafat
a.
Keheranan/Ketakjuban
Sebagian para filsuf
berpendapat bahwa adanya rasa heran merupakan asal dari filsafat.
Misal:
-
Plato mengatakan “mata kita memberi
pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit”.
Dari pengamatan memberi dorongan
untuk menyelidiki. Dan penyelidikan tersebut berasal dari filsafat………
-
Pada
kuburan Immanuel Kant (1724 – 1804) tertulis “Coelum Stellatum Supra
me, lex moralis intra me”. Kedua gejala yang paling mengherankan menurut
Kant, adalah “langit berbintang-bintang diatasnya” dan “hukum moral dalam
hatinya” (Harry Hamersma, Dr., 1981 hal. 11).
b.
Kesangsian
Augustinus
(354 – 430) dan Rene Descartes (1596 – 1650) berpendapat bahwa kesangsian itu
merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia. Pada saat manusia melihat atau
mengetahui sesuatu yang baginya merupakan hal yang baru, maka ia akan heran,
kemudian ia merasa sangsi atau ragu-ragu. “Bahkan Rene Descartes
terkenal dengan ucapannya. “Cogito Ergo Sum” berarti saya berpikir,
jadi saya ada”. Tetapi yang dimaksud Descartes dengan “berpikir” ialah
“menyadari”. Jika saya sangsikan, saya menyadari bahwa saya sangsikan.
Kesangsian secara langsung menyatakan adanya saya. Dalam filsafat modern kata
“”Cogito” seringkali digunakan dalam arti “kesadaran” (Bertens, K., 1979
hal. 45).
Sikap menyangsikan ini sangat
berguna untuk menemukan suatu titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan
lagi.
c.
Kesadaran
akan keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia
menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan
dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat
terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaran akan
keterbatasan dirinya ini manusia mulai berfilsafat. Ia memikirkan bahwa di luar
manusia yang terbatas.
d.
Ketidakpuasan
Sebelum filsafat lahir segala mitos dan mite memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia.
Segala peristiwa alam semesta mitos upaya untuk menjelaskan. Akan tetapi makin
lama jawaban yang diberikan oleh mitos tidak lagi memuaskan manusia.
Ketidakpuasan akan membuat manusia melepaskan segala sesuatu yang tidak dapat
memuaskannya, lalu ia akan berupaya menemukan apa yang dapat memuaskan. Ketika
rasio berhasil menurunkan mitos-mitos dari singasananya, lahirlah filsafat yang
pada masa itu mencakup seluruh ilmu pengetahuan.
e.
Hasrat
Bertanya
Ketakjuban manusia telah melahirkan
pertanyaan-pertanyaan, dan ketidakpuasan manusia membuat pertanyaan-pertanyaan
itu tak kunjung habis. Pertanyaan tidak boleh dianggap sepele karena pertanyaan
yang membuat kehidupan serta pengetahuan manusia berkembang dan maju. Hasrat
bertanya membuat manusia mempertanyakan segalanya. Pertanyaan tidak diajukan
itu tidak diajukan pada wujud sesuatu, melainkan juga terarah pada dasar dan
hakekatnya. Inilah yang menjadi salah satu ciri khas berpikir radikal, sampai
ke akar-akarnya, tetapi juga bersifat universal. Dari pertanyaan, filsafat itu
ada, tetap ada dan akan terus ada. Filsafat akan berhenti apabila manusia telah
berhenti bertanya secara radikal dan universal.
Definisi
Filsafat
Kata
filsafat berasal dari bahasa Arab (falsafah) yang dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah philosophia dan semuanya itu berasal dari bahasa
Yunani Philosophia.
Kata philosophia terdiri
dari kata philein yang berarti cinta = love, dan sophiae
yang berarti bijaksana = wisdom. Sehingga secara etimologis filsafat
berarti cinta kebijaksanaan yang sedalam-dalamnya.
Kata filsafat pertama kali
digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu
belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti halnya
yang banyak dipakai sekarang ini, pertama kali digunakan oleh para kaum sophist
dan juga oleh Socrates (470-394).(Rapar,14,1996).
Ada
juga yang berpendapat bahwa filsafat secara harfiah mengandung arti
kegandrungan mencari hikmah kebenaran dari arif kebijaksanaan dalam hidup dan
kehidupan. Maka dapatlah dikatakan bahwa secara etimologis filsafat berarti
mencintai kebijaksanaan dan mendambakan pengetahuan.
Definisi
Filsafat Menurut Para Filsuf
a.
Bahwa
filsuf pra-sokratik bahwa filsafat adalah ilmu berupaya untuk memahami hakekat
alam dan realitas yang ada dengan mengandalkan akal budi.
b.
Plato mengatakan bahwa filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang berusaha menarik kebenaran yang asli dan murni. Dan juga
beliau mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan
azas-azas yang paling akhir dari sesuatu yang ada.
c.
Aristoteles (murid Plato) mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
senantiasa berupaya mencari prinsif-prinsif dan penyebab-penyebab dari realitas
yang ada. Dan juga mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
berupaya mempelajari “peri ada selalu peri ada” (being as being) atau
“peri ada sebagaimana adanya” (being is such).(Lasiyo dan Yuwono,10,1985).
d.
Rene
Descrates filsuf
Prancis yang termasyur dengan argumen je pense donc atau dalam bahasa latic cogito ergo Sum (
aku berpikir maka aku ada), ia mengatakan bahwa filsafat adalah himpunan dari
segala pengetahuan yang pangkal pendidikannya adalah mengenal Tuhan, alam, dan
manusia.
e.
William
James, filsuf
Amerika (tokoh pragmatisme dan pluralisme) filsafat adalah suatu upaya yang
luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan tenang.(Rapar,17,1996)
f.
R.F.
Berling (Guru
Besar di UI dalam bukunya Filsafat Dewasa) mengatakan bahwa filsafat memajukan
pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang hakekat asas, prinsip dari
kenyataan. Berling juga mengatakan bahwa filsafat adalah suatu usaha untuk
mencapai radi-radi atau akar kenyataan dunia wujud, juga akar pengetahuan
tenang diri sendiri.
Konsep atau gagasan dan definisi filsafat yang begitu banyak tidak
perlu membingungkan, bahkan menunjukkan betapa luasnya samudra filsafat.
Perbedaan-perbedaan sendiri merupakan suatu keharusan bagi filsafat sebab
kesamaan dan kesatuan pemikiran serta pandangan justru mematikan dan
menguburkan filsafat untuk selama-lamanya.
Obyek dan Sudut Pandang
Filsafat
Setiap
ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek, yang dibedakan menjadi dua:
1.
Obyek material
2.
Obyek formal
1.
Obyek material (material object)
Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek atau bahan yang
dijadikan sasaran penyelidikan.
Misal:
Ilmu kedokteran, ilmu sastra,
psikologi, kesemuanya itu mempunyai obyek material manusia
2.
Obyek formal (formal object)
Setiap ilmu pengetahuan
mempunyai mempunyai obyek formal atau sudut pandang tertentu terhadap obyek
material.
Misal:
-
Ilmu kedokteran obyek formalnya
keadaan fisik manusia.
-
Ilmu sastra obyek formalnya hasil
karya manusia.
-
Psikologi obyek formalnya proses
kejiwaan manusia.
Adapun obyek material dari
filsafat adalah segala sesuatu yang ada yang meliputi:
1.
Yang ada dalam kenyataan.
2.
Yang ada dalam pikiran
3.
Yang ada dalam kemungkinan.
Sedangkan obyek formal filsafat yaitu sudut pandang yang
menyeluruh, secara umum, sehingga dapat mencapai hakekat daripada obyek
materialnya (Lasiyo dan Yuwono,6,1985).
Sudut Pandang Filsafat
Istilah
filsafat kadang-kadang ditentukan
artinya dengan way of life, Weltanschauung, Wereldbeschouwing, Wereld
en levens, beschouwing; pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan hidup,
pedoman hidup, petunjuk hidup.
Filsafat
sebagai Weltanschouung atau pandangan dunia merupakan pandangan hidup
manusia yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah lakunya dalam
kehidupan sehari-hari. Juga di dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang
dihadapi dalam hidupnya. Yang kesemuanya itu akan tercermin dalam sikap hidup
dan cara hidup. Sikap dan cara hidup ini diarahkan pada tujuan hidup yang dapat
diketahui setelah manusia memikirkan dirinya sendiri. Manusia di dalam
memikirkan dirinya sendiri tidak bisa lepas dalam hubungannya antara ia dengan
dirinya, dengan alam semesta dan dengan pencipta. Pandangan hidup yang sudah
meningkat menjadi tujuan hidup, kemudian menjadi pendirian hidup, pegangan
hidup dan akhirnya menjadi pedoman hidup.
Jika
filsafat sudah menjadi pandangan hidup seseorang maka ia akan selalu seimbang
dalam pribadinya, dapat mawas diri dan tidak bersifat emosional. Ia akan
menjadi dewasa dalam berpikir dalam arti selalu mengadakan penyelidikan secra
kritis, bersifat terbuka, toleransi dan selalu bersedia meninjau setiap persoalan
yang dihadapi secara menyeluruh artinya dari semua sudut pandangan sehingga
akhirnya filsafat akan menjadi lebih penting daripada hal-hal lain yang
diketahuinya sendiri. Oleh karena itu maka filsafat akan tercermin di dalam
tindakannya sehari-hari dan akan mewarnai seluruh aspek kehidupan.(Lasiyo dan
Yuwono,3,1985).
Ciri-Ciri Filsafat
Manusia
yang sedang memikir atau mengevaluasi segenap pengetahuanyang telah dimiliki
dengan berfilsafat. Pemikiran kefilsafatan itu menurut Drs. Suryadi M.P.
mempunyai karakteristik sendiri yaitu:
-
Menyeluruh, artinya pemikiran yang
luas.
-
Mendasar, artinya pemikiran yang
dalam sampai kepada hasil yang fundamental.
-
Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang di dadapat
dijadikan dasar bagi pemikiran-pemikiran selanjutnya (Suryadi,M.P, Drs. 1984, hal.
19)
Sunoto dalam bukunya yang
berjudul “Mengenal Filsafat Pancasila 1’ menyebutkan ciri-ciri dari filsafat
yaitu: deskriptif, kritik atau analitik, evaluatif atau normatif, spekulatif
dan sistematik
a.
Deskriptif, adalah
Merupakan suatu uraian yang
terperinci tentang aspek-aspek sesuatu yang penting, memberikan keterangan
bagaimana hal itu bekerja (The Liang Gie, 1977, Hal 64).
b.
Kritik atau Analitik
-
Menurut Williem Alston
menyatakan bahwa tugas yang pertama dari filsafat yakni analisa pengertian, hal
ini beliau memberikan alasan bahwa filsafat cocok untuk menghasilkan kejelasan
dan ketegasan sehubungan dengan konsep dasar,
mana kita memikirkan dunia dan
akehidupan manuisia. (The Liang Gie, 1977 hal. 65).
-
Karena filsafat mempunyai ciri
yang kritik dan analitik maka sering didefinisikan sebagai pencaruan arti atau
suatu kegiatan manusia utuk menemukan kejelasan terhadap istilah-istilah
c.
Evaluatif atau normatif
Dengan mengadakan penilaiaan
atau evaluasi berarti bahwa manusia igin menetapkan norma-norma dan dari
norma-norma itu dijadikan pedoman atau tolak ukur tindakan manusia.
d.
Spekulatif
Sebagai kegiatan akal budi
manusia filsafat merupakan suatu perekaan atau spekulasif. Manusia dengan
kemampuannya mengadakan penjajagan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang
mereka hadapi sehari-hari secara tuntas.
e.
Sistematik
Filsafat merupakan suatu sistem,
hal ini berarti bahwa filsafat mempunyai beberapa unsur yang dapat dibedakan
secara jelas. Unsur-unsur itu tidak berdiri sendiri, melainkan berkaitan antara
unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Setiap unsur yang satu dengan yang
lainnya saling pengaruh mempengaruhi saling mendukung dan membentuk suatu
kesatuan atau kebulatan dan merupakan suatu sistem. Jadi unsur-unsur itu tidak
bisa dipisah-pisahkan hanya saja bisa dipilah-pilahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar