Kamis, 28 September 2017

Materi Pengantar Filsafat Jurusan Teologi Hindu IHDN Denpasar

Materi Pengantar Filsafat Pertemuan Minggu ke 1-4

BAB I
PENGERTIAN FILSAFAT

            Latar Belakang Filsafat
a.      Keheranan/Ketakjuban
            Sebagian para filsuf berpendapat bahwa adanya rasa heran merupakan asal dari filsafat.
Misal:
-          Plato mengatakan “mata kita memberi pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit”.
Dari pengamatan memberi dorongan untuk menyelidiki. Dan penyelidikan tersebut berasal dari filsafat………
-          Pada kuburan Immanuel Kant (1724 – 1804) tertulis “Coelum Stellatum Supra me, lex moralis intra me”. Kedua gejala yang paling mengherankan menurut Kant, adalah “langit berbintang-bintang diatasnya” dan “hukum moral dalam hatinya” (Harry Hamersma, Dr., 1981 hal. 11).
b.      Kesangsian
            Augustinus (354 – 430) dan Rene Descartes (1596 – 1650) berpendapat bahwa kesangsian itu merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia. Pada saat manusia melihat atau mengetahui sesuatu yang baginya merupakan hal yang baru, maka ia akan heran, kemudian ia merasa sangsi atau ragu-ragu. “Bahkan Rene Descartes terkenal dengan ucapannya. “Cogito Ergo Sum” berarti saya berpikir, jadi saya ada”. Tetapi yang dimaksud Descartes dengan “berpikir” ialah “menyadari”. Jika saya sangsikan, saya menyadari bahwa saya sangsikan. Kesangsian secara langsung menyatakan adanya saya. Dalam filsafat modern kata “”Cogito” seringkali digunakan dalam arti “kesadaran” (Bertens, K., 1979 hal. 45).
Sikap menyangsikan ini sangat berguna untuk menemukan suatu titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
c.       Kesadaran akan keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasan dirinya ini manusia mulai berfilsafat. Ia memikirkan bahwa di luar manusia yang terbatas.
d.      Ketidakpuasan
Sebelum filsafat lahir segala mitos dan mite memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Segala peristiwa alam semesta mitos upaya untuk menjelaskan. Akan tetapi makin lama jawaban yang diberikan oleh mitos tidak lagi memuaskan manusia. Ketidakpuasan akan membuat manusia melepaskan segala sesuatu yang tidak dapat memuaskannya, lalu ia akan berupaya menemukan apa yang dapat memuaskan. Ketika rasio berhasil menurunkan mitos-mitos dari singasananya, lahirlah filsafat yang pada masa itu mencakup seluruh ilmu pengetahuan.
e.       Hasrat Bertanya
Ketakjuban manusia telah melahirkan pertanyaan-pertanyaan, dan ketidakpuasan manusia membuat pertanyaan-pertanyaan itu tak kunjung habis. Pertanyaan tidak boleh dianggap sepele karena pertanyaan yang membuat kehidupan serta pengetahuan manusia berkembang dan maju. Hasrat bertanya membuat manusia mempertanyakan segalanya. Pertanyaan tidak diajukan itu tidak diajukan pada wujud sesuatu, melainkan juga terarah pada dasar dan hakekatnya. Inilah yang menjadi salah satu ciri khas berpikir radikal, sampai ke akar-akarnya, tetapi juga bersifat universal. Dari pertanyaan, filsafat itu ada, tetap ada dan akan terus ada. Filsafat akan berhenti apabila manusia telah berhenti bertanya secara radikal dan universal.
            Definisi Filsafat
              Kata filsafat berasal dari bahasa Arab (falsafah) yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophia dan semuanya itu berasal dari bahasa Yunani Philosophia.
Kata philosophia terdiri dari kata philein yang berarti cinta = love, dan sophiae yang berarti bijaksana = wisdom. Sehingga secara etimologis filsafat berarti cinta kebijaksanaan yang sedalam-dalamnya.
Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti halnya yang banyak dipakai sekarang ini, pertama kali digunakan oleh para kaum sophist dan juga oleh Socrates (470-394).(Rapar,14,1996).
              Ada juga yang berpendapat bahwa filsafat secara harfiah mengandung arti kegandrungan mencari hikmah kebenaran dari arif kebijaksanaan dalam hidup dan kehidupan. Maka dapatlah dikatakan bahwa secara etimologis filsafat berarti mencintai kebijaksanaan dan mendambakan pengetahuan.
            Definisi Filsafat Menurut Para Filsuf
a.       Bahwa filsuf pra-sokratik bahwa filsafat adalah ilmu berupaya untuk memahami hakekat alam dan realitas yang ada dengan mengandalkan akal budi.
b.      Plato mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menarik kebenaran yang asli dan murni. Dan juga beliau mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan azas-azas yang paling akhir dari sesuatu yang ada.
c.       Aristoteles (murid Plato) mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsif-prinsif dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada. Dan juga mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari “peri ada selalu peri ada” (being as being) atau “peri ada sebagaimana adanya” (being is such).(Lasiyo dan Yuwono,10,1985).
d.      Rene Descrates filsuf Prancis yang termasyur dengan argumen je pense donc  atau dalam bahasa latic cogito ergo Sum ( aku berpikir maka aku ada), ia mengatakan bahwa filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal pendidikannya adalah mengenal Tuhan, alam, dan manusia.
e.       William James, filsuf Amerika (tokoh pragmatisme dan pluralisme) filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan tenang.(Rapar,17,1996)
f.       R.F. Berling (Guru Besar di UI dalam bukunya Filsafat Dewasa) mengatakan bahwa filsafat memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang hakekat asas, prinsip dari kenyataan. Berling juga mengatakan bahwa filsafat adalah suatu usaha untuk mencapai radi-radi atau akar kenyataan dunia wujud, juga akar pengetahuan tenang diri sendiri.
Konsep atau gagasan dan definisi filsafat yang begitu banyak tidak perlu membingungkan, bahkan menunjukkan betapa luasnya samudra filsafat. Perbedaan-perbedaan sendiri merupakan suatu keharusan bagi filsafat sebab kesamaan dan kesatuan pemikiran serta pandangan justru mematikan dan menguburkan filsafat untuk selama-lamanya.

            Obyek dan Sudut Pandang Filsafat
            Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek, yang dibedakan menjadi dua:
1.      Obyek material
2.      Obyek formal
1.          Obyek material (material object)
            Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek atau bahan yang dijadikan sasaran penyelidikan.
Misal:
Ilmu kedokteran, ilmu sastra, psikologi, kesemuanya itu mempunyai obyek material manusia
2.          Obyek formal (formal object)
Setiap ilmu pengetahuan mempunyai mempunyai obyek formal atau sudut pandang tertentu terhadap obyek material.
Misal:
-          Ilmu kedokteran obyek formalnya keadaan fisik manusia.
-          Ilmu sastra obyek formalnya hasil karya manusia.
-          Psikologi obyek formalnya proses kejiwaan manusia.
Adapun obyek material dari filsafat adalah segala sesuatu yang ada yang meliputi:
1.      Yang ada dalam kenyataan.
2.      Yang ada dalam pikiran
3.      Yang ada dalam kemungkinan.
            Sedangkan obyek formal filsafat yaitu sudut pandang yang menyeluruh, secara umum, sehingga dapat mencapai hakekat daripada obyek materialnya (Lasiyo dan Yuwono,6,1985).
           
Sudut Pandang Filsafat
            Istilah filsafat  kadang-kadang ditentukan artinya dengan way of life, Weltanschauung, Wereldbeschouwing, Wereld en levens, beschouwing; pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup.
            Filsafat sebagai Weltanschouung atau pandangan dunia merupakan pandangan hidup manusia yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari. Juga di dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Yang kesemuanya itu akan tercermin dalam sikap hidup dan cara hidup. Sikap dan cara hidup ini diarahkan pada tujuan hidup yang dapat diketahui setelah manusia memikirkan dirinya sendiri. Manusia di dalam memikirkan dirinya sendiri tidak bisa lepas dalam hubungannya antara ia dengan dirinya, dengan alam semesta dan dengan pencipta. Pandangan hidup yang sudah meningkat menjadi tujuan hidup, kemudian menjadi pendirian hidup, pegangan hidup dan akhirnya menjadi pedoman hidup.
            Jika filsafat sudah menjadi pandangan hidup seseorang maka ia akan selalu seimbang dalam pribadinya, dapat mawas diri dan tidak bersifat emosional. Ia akan menjadi dewasa dalam berpikir dalam arti selalu mengadakan penyelidikan secra kritis, bersifat terbuka, toleransi dan selalu bersedia meninjau setiap persoalan yang dihadapi secara menyeluruh artinya dari semua sudut pandangan sehingga akhirnya filsafat akan menjadi lebih penting daripada hal-hal lain yang diketahuinya sendiri. Oleh karena itu maka filsafat akan tercermin di dalam tindakannya sehari-hari dan akan mewarnai seluruh aspek kehidupan.(Lasiyo dan Yuwono,3,1985).  

                      Ciri-Ciri Filsafat
            Manusia yang sedang memikir atau mengevaluasi segenap pengetahuanyang telah dimiliki dengan berfilsafat. Pemikiran kefilsafatan itu menurut Drs. Suryadi M.P. mempunyai karakteristik sendiri yaitu:
-          Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas.
-          Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental.
-          Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang di dadapat dijadikan dasar bagi pemikiran-pemikiran selanjutnya (Suryadi,M.P, Drs. 1984, hal. 19)
            Sunoto dalam bukunya yang berjudul “Mengenal Filsafat Pancasila 1’ menyebutkan ciri-ciri dari filsafat yaitu: deskriptif, kritik atau analitik, evaluatif atau normatif, spekulatif dan sistematik

a.          Deskriptif, adalah
Merupakan suatu uraian yang terperinci tentang aspek-aspek sesuatu yang penting, memberikan keterangan bagaimana hal itu bekerja (The Liang Gie, 1977, Hal 64).
b.          Kritik atau Analitik
-          Menurut Williem Alston menyatakan bahwa tugas yang pertama dari filsafat yakni analisa pengertian, hal ini beliau memberikan alasan bahwa filsafat cocok untuk menghasilkan kejelasan dan ketegasan sehubungan dengan konsep dasar,  mana kita memikirkan  dunia dan akehidupan manuisia. (The Liang Gie, 1977 hal. 65).
-          Karena filsafat mempunyai ciri yang kritik dan analitik maka sering didefinisikan sebagai pencaruan arti atau suatu kegiatan manusia utuk menemukan kejelasan terhadap istilah-istilah
c.           Evaluatif atau normatif
Dengan mengadakan penilaiaan atau evaluasi berarti bahwa manusia igin menetapkan norma-norma dan dari norma-norma itu dijadikan pedoman atau tolak ukur tindakan manusia.
d.          Spekulatif
Sebagai kegiatan akal budi manusia filsafat merupakan suatu perekaan atau spekulasif. Manusia dengan kemampuannya mengadakan penjajagan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang mereka hadapi sehari-hari secara tuntas.
e.           Sistematik
Filsafat merupakan suatu sistem, hal ini berarti bahwa filsafat mempunyai beberapa unsur yang dapat dibedakan secara jelas. Unsur-unsur itu tidak berdiri sendiri, melainkan berkaitan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Setiap unsur yang satu dengan yang lainnya saling pengaruh mempengaruhi saling mendukung dan membentuk suatu kesatuan atau kebulatan dan merupakan suatu sistem. Jadi unsur-unsur itu tidak bisa dipisah-pisahkan hanya saja bisa dipilah-pilahkan.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar