Rabu, 02 November 2011

Doa dan Mantra Sembahyang

KUMPULAN MANTRA SEMBAHYANG DAN DO’A
Disunting Oleh; ROMO PONIMAN
15 Juli 2011
MANTRA BERSEMBAHYANG
Sebelum melakukan persembahyangan sebaiknya mengenakan pakaian yang bersih, mencuci kaki dan tangan serta cuci muka jika berdekatan dengan air, konsentrasikan pikiran, jika pikiran belum tenang jangan dipaksakan, renungkan sejenak apa yang baru saja dialami, kemudian bawa lamunan pada rasa terimakasih atas apapun yang barusaja terjadi pada anda seraya duduk dengan pasrah diri pada Sanghyang Widhi dengan sikap Asana dengan Puja Trisandya maupun Panca Sembah– didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai berikut:
1.Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram ini:
Om prasada sthiti sarira siwa suci nirmalàya namah swàha
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa, hamba-Mu  telah duduk tenang, suci, dan tiada noda.
2.Kalau tersedia air bersihkan tangan pakai air. Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan pada kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri dan ucapkan mantram:
Om suddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba (bisa juga  pengertiannya untuk membersihkan tangan kanan).
Lalu, posisi tangan dibalik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan ucapkan mantram:
Om ati suddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kiri).
3.Kalau tersedia air (maksudnya air dari rumah, bukan tirtha), lebih baik berkumur sambil mengucapkan mantram di dalam hati:
Om Ang waktra parisuddmàm swàha
atau lebih pendek:
Om waktra suddhaya namah
Artinya: Ya, Tuhan sucikanlah mulut hamba.
4.Jika tersedia dupa, peganglah dupa yang sudah dinyalakan itu dengan sikap amusti, yakni tangan dicakupkan, kedua ibujari menjepit pangkal dupa yang ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantra:
Om Am dupa dipàstraya nama swàha
Artinya: Ya, Tuhan/Brahma tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga sucilah sudah hamba seperti sinar-Mu.
5.Setelah itu lakukanlah puja Trisandya. Jika memuja sendirian dan tidak hafal seluruh puja yang banyaknya enam bait itu, ucapkanlah mantram yang pertama saja (Mantram Gayatri) tetapi diulang sebanyak tiga kali. Mantram di bawah ini memakai ejaan sebenarnya, “v” dibaca mendekati “w”. Garis miring di atas huruf, dibaca lebih panjang. Permulaan mantram Om bias diucapkan tiga kali, bisa juga sekali sebagaimana teks di bawah ini:
Mantram Trisandhyà
Om bhùr bhvah svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayàt
Tuhan adalah bhùr svah. Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan Hyang Widhi, Semoga Ia
berikan semangat pikiran kita.
Om Nàràyana evedam sarvam
yad bhùtam yac ca bhavyam
niskalanko nirañjano nirvikalpo
niràkhyàtah suddo deva eko
Nàràyano na dvitìyo’sti kascit
Ya Tuhan, Nàràyana adalah semua ini apayang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa Nàràyana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua.
Om tvam sivah tvam
mahàdevah
ìsvarah paramesvarah
brahmà visnusca rudrasca
purusah parikìrtitah
Ya Tuhan, Engkau dipanggil Siwa, Mahàdewa,
Iswara, Parameswara, Brahmà, Wisnu, Rudra, dan Purusa.
Om pàpo ham pàpakarmàham
pàpàtmà pàpasambhavah
tràhi màm pundarikàksa
sabàhyàbhyàntarah sucih
Ya Tuhan, hamba ini papa, perbuatan hamba
papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba.
Om ksamasva màm mahàdeva
sarvapràni hitankara
màm moca sarva pàpebyah
pàlayasva sadà siva Ya Tuhan,
ampunilah hamba HyangWidhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah hamba oh Hyang Widhi.
Om ksàntavyah kàyiko
Dosah ksàntavyo vàciko mama
ksàntavyo mànaso dosah
tat pramàdàt ksamasva màm
Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan
hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba.
Om sàntih, sàntih, sàntih,
Om Ya Tuhan,semoga damai, damai, damai selamanya.
Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan Trisandya (mungkin tadi sudah di rumah) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah membaca mantram untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau kawangen yang akan dipakai muspa. Ambil bunga atau kawangen itu diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:
Om puspa dantà ya namah swàha
Artinya: Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.
Kramaning Sembah (Panca Sembah)
Urutan sembahyang ini sama saja, baik dipimpin oleh pandita atau
pemangku, maupun bersembahyang sendirian. Cuma, jika dipimpin pandita yang sudah melakukan dwijati, ada kemungkinan mantramnya lebih panjang. Kalau hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya lakukan mantram-mantram pendek sebagai berikut:
  1. 1.Dengan tangan kosong (sembah puyung). Cakupkan tangan kosong dan    pusatkan pikiran dan ucapkan mantram ini:
Om àtmà tattwàtmà sùddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba.
2.Sembahyang dengan bunga, ditujukan kepada Hyang Widhi dalam
wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa Aditya. Ucapkan mantram:
Om Adityasyà param jyoti
rakta tejo namo stute
sweta pankaja madhyastha
bhàskaràya namo stute
Artinya: Ya Tuhan, Sinar Hyang Surya Yang Maha Hebat. Engkau bersinar  merah, hamba memuja Engkau. Hyang Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja Engkau yang menciptakan sinar matahari berkilauan.
3. Sembahyang dengan kawangen. Bila tidak ada, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ini ditujukan kepada Istadewata pada hari dan tempat persembahyangan itu. Istadewata ini adalah Dewata yang diinginkan kehadiranNya pada waktu memuja. Istadewata adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai wujudNya. Jadi mantramnya bias berbeda-beda tergantung di mana dan kapan bersembahyang. Mantram dibawah ini adalah mantram umum yang biasanya dipakai saat Purnama atau Tilem atau di Pura Kahyangan Jagat:
Om nama dewa adhisthanàya
sarwa wyapi wai siwàya
padmàsana eka pratisthàya
ardhanareswaryai namo namah
Artinya: Ya Tuhan, kepada dewata yang bersemayam pada tempat yangluhur, kepada Hyang Siwa yang berada di mana-mana, kepada dewata yangbersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat, kepadaArdhanaresvari hamba memuja.
4.Sembahyang dengan bunga atau kawangen untuk memohon
waranugraha. Usai mengucapkan mantram, ada yang memperlakukan bunga itu langsung sebagai wara-nugraha, jadi tidak”dilentikkan/dipersembahkan” tetapi dibungakan di kepala (wanita) atau di atas kuping kanan (laki-laki). Mantramnya adalah:
Om anugraha manoharam
dewa dattà nugrahaka
arcanam sarwà pùjanam
namah sarwà nugrahaka
Dewa-dewi mahàsiddhi
yajñanya nirmalàtmaka
laksmi siddhisça dirghàyuh
nirwighna sukha wrddisca
Artinya: Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewata, pujaan segala pujaan, hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian pada Dewa dan Dewi berwujud suci, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.
5.Sembahyang dengan cakupan tangan kosong, persis seperti yang
pertama. Cuma sekarang ini sebagai penutup. Usai mengucapkan mantram,tangan berangsur-angsur diturunkan sambil melemaskan badan dan pikiran,Mantramnya:
Om Dewa suksma paramà cintyàya nama swàha.
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om
Artinya: Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata yang tidak terpikirkan,maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan, anugerahkan kepada hambakedamaian, damai, damai, Ya Tuhan.
Untuk memuja di Pura atau tempat suci tertentu, kita bisa menggunakan mantram lain yang disesuaikan dengan tempat dan dalam keadaan bagaimana kita bersembahyang. Yang diganti adalah mantram sembahyang urutan ketiga dari Panca Sembah, yakni yang ditujukan kepada Istadewata.
Berikut ini contohnya: Untuk memuja di Padmasana, Sanggar Tawang, dapat digunakan salah satu contoh dari dua mantram di bawah ini:
Om, àkàsam nirmalam sunyam,
Guru dewa bhyomàntaram,
Ciwa nirwana wiryanam,
rekhà Omkara wijayam,
Artinya: YaTuhan, penguasa angkasa raya yang suci dan hening. Guru rohani yang suci berstana di angkasa raya. Siwa yang agung penguasa nirwana sebagai Omkara yang senantiasa jaya, hamba memujaMu.
Om nama dewa adhisthanàya,
sarva wyàpi vai siwàya,
padmàsana ekapratisthàya,
ardhanareswaryai namo namah.
Artinya: Ya Tuhan, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang tinggi, kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada di mana-mana, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat, kepada Ardhanaresvarì, hamba memujaMu.
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Desa, digunakan mantram sebagai berikut :
Om Isanah sarwa widyànàm
Iswarah sarwa bhùtànàm,
Brahmano dhipatir Brahmà
Sivo astu sadàsiwa
Artinya: Ya Tuhan, Hyang Tunggal Yang Maha Sadar, selaku Yang Maha Kuasa menguasai semua makhluk hidup. Brahma Maha Tinggi, selaku Siwa dan Sadasiwa.
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Puseh, mantramnya begini :
Om, Girimurti mahàwiryam,
Mahàdewa pratistha linggam,
sarwadewa pranamyanam
Sarwa jagat pratisthanam
Artinya: Ya Tuhan, selaku Girimurti Yang Maha Agung, dengan lingga yang jadi stana Mahadewa, semua dewa-dewa tunduk padaMu.
Untuk memuja di Pura Dalem, masih dalam Kahyangan Tiga :
Om, Catur diwjà mahasakti
Catur asrame Bhattàri
Siwa jagatpati dewi
Durgà sarira dewi
Artinya: YaTuhan, saktiMu berwujud Catur Dewi, yang dipuja oleh catur asrama, sakti dari Ciwa, Raja Semesta Alam, dalam wujud Dewi Durga. Ya,Catur Dewi, hamba menyembah ke bawah kakiMu, bebaskan hamba dari segala bencana.
Untuk bersembahyang di Pura Prajapati, mantramnya :
Om Brahmà Prajàpatih sresthah
swayambhur warado guruh
padmayonis catur waktro
Brahmà sakalam ucyate
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma Prajapati, pencipta semua makhluk, maha mulia, yang menjadikan diriNya sendiri, pemberi anugerah mahaguru, lahir dari bunga teratai, memiliki empat wajah dalam satu badan, maha sempurna, penuh rahasia, Hyang Brahma Maha Agung.
Untuk di Pura Pemerajan/Kamimitan (rong tiga), paibon, dadia atau
padharman, mantramnya :
Om Brahmà Wisnu Iswara dewam
Tripurusa suddhàtmakam
Tridewa trimurti lokam
sarwa wighna winasanam
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma, Wisnu, Iswara, Dewa Tripurusa MahaSuci, Tridewa adalah Trimurti, semogalah hamba terbebas dari segala bencana.
Untuk di Pura Segara atau di tepi pantai, mantramnya :
Om Nagendra krùra mùrtinam
Gajendra matsya waktranam
Baruna dewa masariram
sarwa jagat suddhàtmakam
Artinya: Ya Tuhan, wujudMu menakutkan sebagai raja para naga, raja gagah yang bermoncong ikan, Engkau adalah Dewa Baruna yang maha suci, meresapi dunia dengan kesucian jiwa, hamba memujaMu.
Untuk di Pura Batur, Ulunsui, Ulundanu, mantramnya :
Om Sridhana dewikà ramyà
sarwa rupawati tathà
sarwa jñàna maniscaiwa
Sri Sridewi namo’stute
Artinya: Ya Tuhan, Engkau hamba puja sebagai Dewi Sri yang maha cantik,dewi dari kekayaan yang memiliki segala keindahan. la adalah benih yang maha mengetahui. Ya Tuhan Maha Agung Dewi Sri, hamba memujaMu.
Untuk bersembahyang pada hari Saraswati, atau tatkala memuja Hyang Saraswati. Mantramnya :
Om Saraswati namas tubhyam
warade kàma rùpini
siddharàmbham karisyami
siddhir bhawantu me sadà
Artinya: Ya Tuhan dalam wujud-Mu sebagai Dewi Saraswati, pemberi
berkah, terwujud dalam bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan selalu sukses atas waranugraha-Mu.
Untuk bersembahyang di pemujaan para Rsi Agung seperti Danghyang Dwijendra, Danghyang Astapaka, Mpu Agnijaya, Mpu Semeru, Mpu Kuturan dan lainnya, gunakan mantram ini :
Om Dwijendra purvanam siwam
brahmanam purwatisthanam
sarwa dewa ma sariram
surya nisakaram dewam
Artinya: Ya, Tuhan dalam wujudMu sebagai Siwa, raja dari sekalian pandita,la adalah Brahma, berdiri tegak paling depan, la yang menyatu dalam semua dewata. la yang meliputi dan memenuhi matahari dan bulan, kami memuja Siwa para pandita agung.
Demikianlah beberapa mantram yang dipakai untuk bersembahyang pada tempat-tempat tertentu. Sekali lagi, mantram ini menggantikan “mantram umum” pada saat menyembah kepada Istadewata, yakni sembahyang urutan ketiga pada Panca Sembah.
Terakhir, ini sembahyang ke hadapan Hyang Ganapati (Ganesha), namun dalam kaitan upacara mecaru (rsigana), atau memuja di Sanggah Natah atau Tunggun Karang, tak ada kaitannya dengan Panca Sembah :
Om Ganapati rsi putram
bhuktyantu weda tarpanam
bhuktyantau jagat trilokam
suddha purna saririnam
Demikianlah mantram untuk Istadewata.
—————————————————————-
DOA SEHARI-HARI
Inilah doa untuk sehari-hari. Lazimnya tentulah dihafalkan. Namun kalau panjang, apalagi untuk di depan umum, misalnya, membuka rapat/pertemuan, mantram ini bisa dibaca dengan memegang buku. Mantram atau doa ini ejaannya sedapat mungkin mengikuti bahasa Sansekerta justru untuk mendekati pengucapan. Setiap hurup bergaris kecil di atasnya, dibaca lebih panjang. Misal: à dibaca aa dan ù dibaca uu. Namun, huruf v (asli) sudah diganti w untuk mendekati cara bacanya.
Doa menjelang tidur :
Om asato mà sat ganaya,
tamaso mà jayatir ganaya,
mrityor màmritam gamaya.
(Ya Tuhan tuntunlah hamba dari jalan yang sesat menuju jalan yang benar,dari jalan gelap ke jalan terang, hindarkanlah hamba dari kematian menuju kehidupan abadi.)
Doa bangun pagi :
Om Utedànim bhagawantah syàmota
prapitwa uta mandhye ahnam
utodità maghawanta sùryasya wayam
dewànàm sumantau syàma.
(Ya Tuhan Yang Maha Pemurah, jadikanlah hamba orang yang selalubernasib baik pada hari ini, menjelang tengah hari, dan seterusnya. Semogapara Dewa melindungi diri hamba.)
Doa membersihkan/mencuci muka :
Om Cam camàni ya namah swàha.
Om waktra parisudahaya namah swàha.
(Ya Tuhan, hamba memujaMu, semoga muka hamba menjadi bersih.)
Doa menggosok gigi :
Om rahphat astràya namah.
Om Sri Dewi Bhatrimsa Yogini namah.
(Ya Tuhan, sujud hamba kepada Dewi Sri, Bhatari Yogini, semoga bersihlah gigi hamba.)
Doa berkumur :
Om Ang waktra parisudhamàm swaha.
(Ya Tuhan, semoga bersihlah mulut hamba.)
Doa membersihkan kaki :
Om Am kham khasolkhàya iswaràya namah swàha.
(Ya Tuhan, semoga bersihlah kaki hamba.)
Doa mandi :
Om Ganggà amrta sarira sudhamàm swàha.
Om Sarira parisudhamàm swàha.
(Ya Tuhan, Engkau adalah sumber kehidupan abadi nan suci, semoga badan hamba menjadi bersih dan suci.)
Bisa pula dengan doa atau mantram ini:
Om gangge ca yamune caiwa
godawari saraswati
narmade sindhù kaweri
jale smin sannidhim kuru
(Ya Tuhan, ijinkanlah hamba memanggil sungai suci Gangga, Yamuna,Godawari, Saraswati, Narmada, Sindhu dan Kaweri, semoga menganugerahkan kesucian kepada hamba.)
Doa pada waktu mengenakan pakaian :
Om tam Mahàdewàya namah swàha,
Om bhusanam sarirabhyo parisudhamam swàha.
(Tuhan dalam perwujudanMu sebagai Tat Purusha, Dewa Yang Maha agung, hamba sujud kepadaMu dalam menggunakan pakaian ini. Semoga pakaian hamba menjadi bersih dan suci.)
Selesai berpakaian hendaknya melakukan persembahyangan Trisandya.
Doa panganjali :
Diucapkan saat berjumpa dengan seseorang atau memulai suatu
pembicaraan dalam sebuah pertemuan. Tangan dicakupkan seperti
menyembah, diangkat sejajar dada.
Om Swastyastu
(Semoga selalu dalam keadaan.selamat di bawah lindungan Tuhan.)
Doa menghadapi makanan :
Om hiranyagarbhah samawartatagre
bhùtasya jàtah patireka àsit
sadàdhara pritiwim dyam utemam
kasmai dewàya hawisa widhema
Om pùrnam adah purnamidam
pùrnàt purnam udacyate
pùrnasya purnam àdàya
pùrnamewawasisyate
(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih. Engkau asal alam semesta dan
satu-satunya kekuatan awal. Engkau yang memelihara semua makhluk,seluruh bumi dan langit. Hamba memuja Engkau. Ya Tuhan Yang Maha Sempuma dan yang membuat alam sempurna. Alam ini akan lenyap dalam kesempurnaanMu. Engkau Maha Kekal. Hamba mendapat makanan yang cukup berkat anugrahMu. Hamba manghaturkan terima kasih.)
Doa di atas baik untuk makan bersama, misalnya, pesta atau istirahat
makan dalam suatu pertemuan. Jika sendirian bisa mengucapkan doa pendek ini yang diambil dari kitab suci Yajurveda:
Om annapate annasya
no dehyanmiwasya susminah
pra-pra dàtàram tàris ùrjam
no dhehi dwipade catuspade
(Ya Tuhan, Engkau penguasa makanan, anugerahkanlah makanan ini, semoga memberi kekuatan dan menjauhkan dari penyakit. Bimbinglah hamba anugerahkan kekuatan kepada semua mahkluk.)
Doa mulai mencicipi makanan :
Om anugraha amrtàdi sañjiwani ya namah swàha.
(Ya Tuhan, semoga makanan ini menjadi penghidup hamba lahir dan bathin yang suci.)
Doa selesai makan :
Om Dhirgayur astu, awighnamastu, subham astu
Om sriyam bhawantu, sukham bhawantu, pùrnam bhawantu, ksàma
sampurnàya namah swàha.
Om, Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om.
(Ya Tuhan, semoga makanan yang telah masuk ke dalam tubuh hamba memberikan kekuatan dan keselamatan, panjang umur dan tidak mendapat sesuatu apapun. Ya Tuhan, semoga damai, damai di hati, damai di dunia,damai selama-lamanya.)
Doa sebelum memulai suatu pekerjaan :
Om awighnam astu namo sidhham.
Om sidhirastu tad astu swàha.
(Ya Tuhan, semoga atas perkenanMu, tiada suatu halangan bagi hamba memulai pekerjaan ini dan semoga berhasil baik).
Doa selesai bekerja/bersyukur :
Om Dewa suksma parama acintyàya namah swàha
Sarwa karya prasidhàntam.
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om.
(Ya Tuhan dalam wujud Parama Acintya yang maha gaib dan maha karya,hanya atas anugrahMu-lah maka pekerjaan ini berhasil dengan baik.Semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selamanya).
Doa mohon bimbingan Tuhan :
Om Asato mà sadyamaya
tamaso mà jyotir gamaya
mrtyor mà amrtam gamaya,
Om agne brahma grbhniswa
dharunama syanta riksam drdvamha
brahrnawanitwa ksatrawahi sajàta
wanyu dadhami bhratrwyasya wadhyàya.
(Tuhan Yang Maha Suci, bimbinglah hamba dari yang tidak benar menuju yang benar. Bimbinglah hamba dari kegelapan pikiran menuju cahaya pengetahuan yang terang. Lepaskanlah hamba dari kematian menuju kehidupan yang abadi. Tuhan Yang Maha Suci, terimalah pujian yang hamba persembahkan melalui Weda mantra dan kembangkanlah pengetahuan rohani hamba agar hamba dapat menghancurkan musuh yang ada pada hamba (nafsu). Hamba menyadari bahwa Engkaulah yang berada dalam setiap insani (jiwatman), menolong orang terpelajar pemimpin negara
dan para pejabat. Hamba memuja Engkau semoga melimpahkan anugrah kekuatan kepada hamba.)
Doa mohon inspirasi :
Om prano Dewi Saraswati
wàjebhir wàjiniwati
dhinam awiñyawantu.
(Ya Tuhan dalam manifestasi Dewi Saraswati, Hyang Maha Agung dan Maha Kuasa, semoga Engkau memancarkan kekuatan rohani, kecerdasan pikiran, dan lindungilah hamba selama-lamanya.)
Doa mohon dianugrahi kecerdasan dan kesucian :
Om pàwakànah Saraswati
wàjebhir wajiniwati
yajñam wastu dhiyàwasuh.
(Ya Tuhan sebagai manifestasi Dewi Saraswati. Yang MahaSuci,
anugrahilah hamba kecerdasan. Dan terimalah persembahan hamba ini.)
Doa mulai belajar :
Om purwe jato brahmano brahmacari
dharmam wasànas tapasodatistat
tasmajjatam brahmanam brahma
lyestham dewasca sarwe amrttna sàkama
(Ya Tuhan, muridMu hadir di hadapanMu, Oh Brahman yang berselimutkan kesaktian dan berdiri sebagai pertama. Tuhan, anugrahkanlah pengetahuan dan pikiran yang terang. Brahman yang agung, setiap makhluk hanya dapat bersinar berkat cahayaMu yang senantiasa memancar.)
Doa mohon ampun dalam segala dosa :
Om dewakrtasyainaso awaya janam
asi manusyakrtasi nama awaya janam
asipitra kitasi namo awaya janam asyatma
krtasyaenaso awaya janam
asyena sa’ enase waya janam asi
yacchaham eno vidvamscakara
yacchavidvams tasya va ya janam asi
(Ya Tuhan, ampunilah dosa hamba terhadapMu, ampunilah dosa hamba terhadap sesama manusia, terhadap orangtua hamba, terhadap teman hamba, Tuhan ampunilah dosa hamba terhadap segala macam dosa,
terhadap dosa yang hamba lakukan dengan sadar atau tidak sadar. Tuhan,semoga berkenan mengampuni semuanya itu.)
Doa memotong hewan :
Om pasu pasàya wimahe sirascadaya dhimahi tano jiwah pracodayat.
(Semoga atas perkenan dan berkahMu para pemotong hewan dalam
upacara kurban suci ini beserta orang-orang yang telah berdana punia untuk yadnya ini memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan. Tuhan, hambamemotong hewan ini, semoga rohnya menjadi suci.)
Doa mengunjungi orang sakit :
Om sarwa wighna sarwa klesa sarwa lara roga winasàya namah
(Ya Tuhan semoga segala halangan, segala penyakit, segala penderitaan dan gangguan Engkau lenyapkan semuanya.)
Doa mendengar atau melayat orang meninggal dunia :
Om atma tattwatma naryatma Swadah Ang Ah
Om swargantu, moksantu, sùnyantu, murcantu.
Om ksàma sampurnàya namah swàha.
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semogalah arwah yang meninggal mendapat sorga, menunggal denganMu, mencapai keheningan tanpa derita. Ya Tuhan, ampunilah segala dosanya, semoga ia mencapai kesempurnaan atas kekuasaan dan pengetahuan serta pengampunanMu.)
Doa untuk keselamatan penganten :
Om iha iwa stam mà wi yaustam
wiswam àyur wyasnutam
kridantau putrair naptrbhih
modamànau swe grhe
(Ya Tuhan, anugerahkanlah kepada pasangan penganten ini kebahagiaan,keduanya tiada terpisahkan dan panjang umur. Semoga penganten ini dianugerahkan putra dan cucu yang memberikan penghiburan, tinggal dirumah yang penuh kegembiraan.)
Doa memohon ketenangan rumah tangga :
Om wisowiso wo atithim
wajayantah purupriyam
agnim wo duryam wocah
stuse sùsasya manmabhih
(Ya Tuhan, Engkau adalah tamu yang datang pada setiap rumah. Engkauamat mencintai umatMu. Engkau adalah sahabat yang maha pemurah.Perkenankanlah hamba memujaMu dengan penuh kekuatan, dalam ucapanmaupun tenaga dan dalam lagu pujian.)
Doa untuk kelahiran bayi :
Om Brhatsumnah prasawità niwesano
jagatah sthaturubhayasya yo wasi
sa no dewah sawità sarma yaccha twasme
ksayaya triwarutham amhasah
(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih, yang memberi kehidupan pada alam dan menegakkannya. la yang mengatur baik yang bergerak dan yang tidakbergerak, semoga Ia memberi rahkmatNya kepada kami untuk ketentraman hidup dengan kemampuan untuk menghindari kekuatan yang jahat.)
Setelah bayi dimandikan, ayah bayi atau orang yang dituakan yang hadir di sana diminta membisikkan Mantram Gayatri (bait pertama Puja Trisandya)masing-masing tiga kali pada lobang telinga kanan dan kiri bayi itu.
Doa untuk memohon cinta kasih-Nya :
Om wicakrame prthiwim esa etàm
ksetràya wisnur manuse dasasyan
druwàso asya kirqya janàsa
uruksitim sujanimà cakàra
(Ya Tuhan, Engkau Hyang Wisnu yang membentang di bumi ini,
menjadikah tempat tinggal bagi manusia. Kaum yang hina aman sentosa di bawah lindungan-Nya. Yang mulia telah menjadikan bumi tempat yang lega bagi mereka.)
Doa untuk memohon panjang umur :
Om Taccaksur dewahitam sukram uccarat
pasyema saradah satam
jiwema saradah satam
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga seratus tahun hamba selalu melihat mata yang bersinar ciptaanNya, semoga hamba hidup seratus tahun lamanya.)
Doa pembukaan rapat/pertemuan :
Om sam gacchadwam sam wadadwam
sam wo manamsi jànatàm
dewa bhagam yatha purwe
samjànàna upasate.
Om samani wa akutih
samànà hrdayàni wah
samànam astu wo
mano yatha wah susahasati.
Om ano bhadrah krattawo yantu wiswatah
(Ya Tuhan, hamba berkumpul di tempat ini hendak bicara satu dengan yang lain untuk menyatukan pikir sebagai mana halnya para dewa selalu bersatu.Ya Tuhan, tuntunlah kami agar sama dalam tujuan, sama dalam hati,bersatu dalam pikiran hingga dapat hidup bersama dalam sejahtera dan bahagia. Ya Tuhan, semoga pikiran yang baik datang dan segala penjuru.)
Doa penutup rapat/pertemuan :
Om anugraha manoharam,
devadatta nugrahaka,
arcanam sarwà pùjanam,
namah sarwa nugrahaka.
Om ksama swamàm jagadnàtha,
sarwa pàpà hitankarah,
sarwa karya sidham dehi,
pranamya sùryeswaram.
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om.
(Ya Tuhan limpahkanlah anugrahMu yang menggembirakan kepada
hamba. Tuhan yang maha pemurah, semoga Tuhan melimpahkan segala anugrah kepada hamba. Ya Tuhan, pelindung alam semesta, pencipta semua makhluk, ampunilah dosa hamba dan anugrahilah hamba dengan keberhasilan atas semua karya. Tuhan yang memancarkan sinar suci,ibaratnya sang surya memancarkan sinarnya, hamba sujud kepadaMu. Ya Tuhan, semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)
Untuk menutup pertemuan, bisa pula dipakai doa di bawah ini yang
diambilkan dari kitab Yajurveda. Mantram ini disebut Santi Mantram.
Bunyinya:
Om dyauh sàntir antariksam sàntih
prthiwi sàntir àpah sàntir
asadhayah santih wanaspatayah santir
wiswe dewah sàntir brahma sàntih
sarvam sàntih santir ewa sàntih
sà mà sàntir edhi
(Ya Tuhan Yang Mahakuasa, anugerahkanlah kedamaian di langit, damai dibumi, damai di air, damai pada tumbuh-tumbuhan, damai pada pepohonan,damai bagi para dewata, damailah Brahma, damailah alam semesta.Semogalah kedamaian senantiasa datang pada kami)
Doa untuk pedagang :
Om à wiswàni amrta saubhagàni
(Ya Tuhan, semoga Engkau menganugerahkan segala keberuntungan yang memberikan kebahagiaan kepada hamba.)
Doa untuk kebajikan, juga dipakai sebelum meditasi :
Om wiswàni dewa sawitar
duri tàni parà suwa
yad bhadram tanna à suwa
(Ya Tuhan, Sawitar, usirlah jauh-jauh segala kekuatan jahat. Berikanlah hamba yang terbaik.)
Doa mohon perlindungan, juga baik diucapkan ketika sakit :
Om Trayambhakam yajàmahe
sugandhim pusti wardhanam
unwarukam iwa bandhanàt
mrtyor muksiya màmrtàt
(Ya Tuhan, hamba memuja Hyang Trayambhaka/Rudra yang menyebarkan keharuman dan memperbanyak makanan. Semoga la melepaskan hamba seperti buah mentimun dari batangnya, melepaskan dari kematian dan bukan dari kekekalan.)
Doa untuk pelantikan pejabat negara :
(Yang dilantik biasanya menirukan)
Om A Brahman bràhmano brahmawarcasi jàyatàmà
ràste raàjanah sura isawyo tiwyàdhi mahàratho jàyàtàm
dogdhri dhenuryodànad wànàsuh saptih purandhiryosàjisnu
rathesthah sabheyo yuwàsyajayamànasya wiro jàyàtam
nikàame-nikàme nah parjanyo warsatu phalawatyo na
osadhayah pacyantam yogaksemo nah kalpatàam
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semogalah di negara ini lahir orang-orang yang memiliki pengetahuan spiritual. Semoga pula pemimpin-pemimpin yang perkasa pandai menggunakan kebijaksanaan seperti menggunakan senjata, pahlawan yang tangguh, sapi yang banyak memberikan susu,lembu pembawa barang dan kuda yang cepat. Demikian pula lahir wanita yang sempurna. Pemuda yang baik dan berguna bagi masyarakat, sedia berkorban. Semoga hujan turun memberi kemakmuran. Semoga pepohonan berbuah lebat. Semoga usaha kami berhasil.)
Doa mengheningkan cipta :
Om-mata bhumih putro aham prthivydh
(Ya Tuhan, semoga kami mencintai tanah air ini sebagai ibu dan hamba adalah putra-putranya yang siap sedia membela seperti para pahlawan kami.)
Doa paramasanti :
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om
(Semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)

Doa dan Mantra Sembahyang

KUMPULAN MANTRA SEMBAHYANG DAN DO’A
Disunting Oleh; ROMO PONIMAN
15 Juli 2011
MANTRA BERSEMBAHYANG
Sebelum melakukan persembahyangan sebaiknya mengenakan pakaian yang bersih, mencuci kaki dan tangan serta cuci muka jika berdekatan dengan air, konsentrasikan pikiran, jika pikiran belum tenang jangan dipaksakan, renungkan sejenak apa yang baru saja dialami, kemudian bawa lamunan pada rasa terimakasih atas apapun yang barusaja terjadi pada anda seraya duduk dengan pasrah diri pada Sanghyang Widhi dengan sikap Asana dengan Puja Trisandya maupun Panca Sembah– didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai berikut:
1.Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram ini:
Om prasada sthiti sarira siwa suci nirmalàya namah swàha
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa, hamba-Mu  telah duduk tenang, suci, dan tiada noda.
2.Kalau tersedia air bersihkan tangan pakai air. Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan pada kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri dan ucapkan mantram:
Om suddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba (bisa juga  pengertiannya untuk membersihkan tangan kanan).
Lalu, posisi tangan dibalik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan ucapkan mantram:
Om ati suddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kiri).
3.Kalau tersedia air (maksudnya air dari rumah, bukan tirtha), lebih baik berkumur sambil mengucapkan mantram di dalam hati:
Om Ang waktra parisuddmàm swàha
atau lebih pendek:
Om waktra suddhaya namah
Artinya: Ya, Tuhan sucikanlah mulut hamba.
4.Jika tersedia dupa, peganglah dupa yang sudah dinyalakan itu dengan sikap amusti, yakni tangan dicakupkan, kedua ibujari menjepit pangkal dupa yang ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantra:
Om Am dupa dipàstraya nama swàha
Artinya: Ya, Tuhan/Brahma tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga sucilah sudah hamba seperti sinar-Mu.
5.Setelah itu lakukanlah puja Trisandya. Jika memuja sendirian dan tidak hafal seluruh puja yang banyaknya enam bait itu, ucapkanlah mantram yang pertama saja (Mantram Gayatri) tetapi diulang sebanyak tiga kali. Mantram di bawah ini memakai ejaan sebenarnya, “v” dibaca mendekati “w”. Garis miring di atas huruf, dibaca lebih panjang. Permulaan mantram Om bias diucapkan tiga kali, bisa juga sekali sebagaimana teks di bawah ini:
Mantram Trisandhyà
Om bhùr bhvah svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayàt
Tuhan adalah bhùr svah. Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan Hyang Widhi, Semoga Ia
berikan semangat pikiran kita.
Om Nàràyana evedam sarvam
yad bhùtam yac ca bhavyam
niskalanko nirañjano nirvikalpo
niràkhyàtah suddo deva eko
Nàràyano na dvitìyo’sti kascit
Ya Tuhan, Nàràyana adalah semua ini apayang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa Nàràyana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua.
Om tvam sivah tvam
mahàdevah
ìsvarah paramesvarah
brahmà visnusca rudrasca
purusah parikìrtitah
Ya Tuhan, Engkau dipanggil Siwa, Mahàdewa,
Iswara, Parameswara, Brahmà, Wisnu, Rudra, dan Purusa.
Om pàpo ham pàpakarmàham
pàpàtmà pàpasambhavah
tràhi màm pundarikàksa
sabàhyàbhyàntarah sucih
Ya Tuhan, hamba ini papa, perbuatan hamba
papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba.
Om ksamasva màm mahàdeva
sarvapràni hitankara
màm moca sarva pàpebyah
pàlayasva sadà siva Ya Tuhan,
ampunilah hamba HyangWidhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah hamba oh Hyang Widhi.
Om ksàntavyah kàyiko
Dosah ksàntavyo vàciko mama
ksàntavyo mànaso dosah
tat pramàdàt ksamasva màm
Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan
hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba.
Om sàntih, sàntih, sàntih,
Om Ya Tuhan,semoga damai, damai, damai selamanya.
Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan Trisandya (mungkin tadi sudah di rumah) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah membaca mantram untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau kawangen yang akan dipakai muspa. Ambil bunga atau kawangen itu diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:
Om puspa dantà ya namah swàha
Artinya: Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.
Kramaning Sembah (Panca Sembah)
Urutan sembahyang ini sama saja, baik dipimpin oleh pandita atau
pemangku, maupun bersembahyang sendirian. Cuma, jika dipimpin pandita yang sudah melakukan dwijati, ada kemungkinan mantramnya lebih panjang. Kalau hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya lakukan mantram-mantram pendek sebagai berikut:
  1. 1.Dengan tangan kosong (sembah puyung). Cakupkan tangan kosong dan    pusatkan pikiran dan ucapkan mantram ini:
Om àtmà tattwàtmà sùddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba.
2.Sembahyang dengan bunga, ditujukan kepada Hyang Widhi dalam
wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa Aditya. Ucapkan mantram:
Om Adityasyà param jyoti
rakta tejo namo stute
sweta pankaja madhyastha
bhàskaràya namo stute
Artinya: Ya Tuhan, Sinar Hyang Surya Yang Maha Hebat. Engkau bersinar  merah, hamba memuja Engkau. Hyang Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja Engkau yang menciptakan sinar matahari berkilauan.
3. Sembahyang dengan kawangen. Bila tidak ada, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ini ditujukan kepada Istadewata pada hari dan tempat persembahyangan itu. Istadewata ini adalah Dewata yang diinginkan kehadiranNya pada waktu memuja. Istadewata adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai wujudNya. Jadi mantramnya bias berbeda-beda tergantung di mana dan kapan bersembahyang. Mantram dibawah ini adalah mantram umum yang biasanya dipakai saat Purnama atau Tilem atau di Pura Kahyangan Jagat:
Om nama dewa adhisthanàya
sarwa wyapi wai siwàya
padmàsana eka pratisthàya
ardhanareswaryai namo namah
Artinya: Ya Tuhan, kepada dewata yang bersemayam pada tempat yangluhur, kepada Hyang Siwa yang berada di mana-mana, kepada dewata yangbersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat, kepadaArdhanaresvari hamba memuja.
4.Sembahyang dengan bunga atau kawangen untuk memohon
waranugraha. Usai mengucapkan mantram, ada yang memperlakukan bunga itu langsung sebagai wara-nugraha, jadi tidak”dilentikkan/dipersembahkan” tetapi dibungakan di kepala (wanita) atau di atas kuping kanan (laki-laki). Mantramnya adalah:
Om anugraha manoharam
dewa dattà nugrahaka
arcanam sarwà pùjanam
namah sarwà nugrahaka
Dewa-dewi mahàsiddhi
yajñanya nirmalàtmaka
laksmi siddhisça dirghàyuh
nirwighna sukha wrddisca
Artinya: Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewata, pujaan segala pujaan, hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian pada Dewa dan Dewi berwujud suci, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.
5.Sembahyang dengan cakupan tangan kosong, persis seperti yang
pertama. Cuma sekarang ini sebagai penutup. Usai mengucapkan mantram,tangan berangsur-angsur diturunkan sambil melemaskan badan dan pikiran,Mantramnya:
Om Dewa suksma paramà cintyàya nama swàha.
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om
Artinya: Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata yang tidak terpikirkan,maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan, anugerahkan kepada hambakedamaian, damai, damai, Ya Tuhan.
Untuk memuja di Pura atau tempat suci tertentu, kita bisa menggunakan mantram lain yang disesuaikan dengan tempat dan dalam keadaan bagaimana kita bersembahyang. Yang diganti adalah mantram sembahyang urutan ketiga dari Panca Sembah, yakni yang ditujukan kepada Istadewata.
Berikut ini contohnya: Untuk memuja di Padmasana, Sanggar Tawang, dapat digunakan salah satu contoh dari dua mantram di bawah ini:
Om, àkàsam nirmalam sunyam,
Guru dewa bhyomàntaram,
Ciwa nirwana wiryanam,
rekhà Omkara wijayam,
Artinya: YaTuhan, penguasa angkasa raya yang suci dan hening. Guru rohani yang suci berstana di angkasa raya. Siwa yang agung penguasa nirwana sebagai Omkara yang senantiasa jaya, hamba memujaMu.
Om nama dewa adhisthanàya,
sarva wyàpi vai siwàya,
padmàsana ekapratisthàya,
ardhanareswaryai namo namah.
Artinya: Ya Tuhan, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang tinggi, kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada di mana-mana, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat, kepada Ardhanaresvarì, hamba memujaMu.
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Desa, digunakan mantram sebagai berikut :
Om Isanah sarwa widyànàm
Iswarah sarwa bhùtànàm,
Brahmano dhipatir Brahmà
Sivo astu sadàsiwa
Artinya: Ya Tuhan, Hyang Tunggal Yang Maha Sadar, selaku Yang Maha Kuasa menguasai semua makhluk hidup. Brahma Maha Tinggi, selaku Siwa dan Sadasiwa.
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Puseh, mantramnya begini :
Om, Girimurti mahàwiryam,
Mahàdewa pratistha linggam,
sarwadewa pranamyanam
Sarwa jagat pratisthanam
Artinya: Ya Tuhan, selaku Girimurti Yang Maha Agung, dengan lingga yang jadi stana Mahadewa, semua dewa-dewa tunduk padaMu.
Untuk memuja di Pura Dalem, masih dalam Kahyangan Tiga :
Om, Catur diwjà mahasakti
Catur asrame Bhattàri
Siwa jagatpati dewi
Durgà sarira dewi
Artinya: YaTuhan, saktiMu berwujud Catur Dewi, yang dipuja oleh catur asrama, sakti dari Ciwa, Raja Semesta Alam, dalam wujud Dewi Durga. Ya,Catur Dewi, hamba menyembah ke bawah kakiMu, bebaskan hamba dari segala bencana.
Untuk bersembahyang di Pura Prajapati, mantramnya :
Om Brahmà Prajàpatih sresthah
swayambhur warado guruh
padmayonis catur waktro
Brahmà sakalam ucyate
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma Prajapati, pencipta semua makhluk, maha mulia, yang menjadikan diriNya sendiri, pemberi anugerah mahaguru, lahir dari bunga teratai, memiliki empat wajah dalam satu badan, maha sempurna, penuh rahasia, Hyang Brahma Maha Agung.
Untuk di Pura Pemerajan/Kamimitan (rong tiga), paibon, dadia atau
padharman, mantramnya :
Om Brahmà Wisnu Iswara dewam
Tripurusa suddhàtmakam
Tridewa trimurti lokam
sarwa wighna winasanam
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma, Wisnu, Iswara, Dewa Tripurusa MahaSuci, Tridewa adalah Trimurti, semogalah hamba terbebas dari segala bencana.
Untuk di Pura Segara atau di tepi pantai, mantramnya :
Om Nagendra krùra mùrtinam
Gajendra matsya waktranam
Baruna dewa masariram
sarwa jagat suddhàtmakam
Artinya: Ya Tuhan, wujudMu menakutkan sebagai raja para naga, raja gagah yang bermoncong ikan, Engkau adalah Dewa Baruna yang maha suci, meresapi dunia dengan kesucian jiwa, hamba memujaMu.
Untuk di Pura Batur, Ulunsui, Ulundanu, mantramnya :
Om Sridhana dewikà ramyà
sarwa rupawati tathà
sarwa jñàna maniscaiwa
Sri Sridewi namo’stute
Artinya: Ya Tuhan, Engkau hamba puja sebagai Dewi Sri yang maha cantik,dewi dari kekayaan yang memiliki segala keindahan. la adalah benih yang maha mengetahui. Ya Tuhan Maha Agung Dewi Sri, hamba memujaMu.
Untuk bersembahyang pada hari Saraswati, atau tatkala memuja Hyang Saraswati. Mantramnya :
Om Saraswati namas tubhyam
warade kàma rùpini
siddharàmbham karisyami
siddhir bhawantu me sadà
Artinya: Ya Tuhan dalam wujud-Mu sebagai Dewi Saraswati, pemberi
berkah, terwujud dalam bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan selalu sukses atas waranugraha-Mu.
Untuk bersembahyang di pemujaan para Rsi Agung seperti Danghyang Dwijendra, Danghyang Astapaka, Mpu Agnijaya, Mpu Semeru, Mpu Kuturan dan lainnya, gunakan mantram ini :
Om Dwijendra purvanam siwam
brahmanam purwatisthanam
sarwa dewa ma sariram
surya nisakaram dewam
Artinya: Ya, Tuhan dalam wujudMu sebagai Siwa, raja dari sekalian pandita,la adalah Brahma, berdiri tegak paling depan, la yang menyatu dalam semua dewata. la yang meliputi dan memenuhi matahari dan bulan, kami memuja Siwa para pandita agung.
Demikianlah beberapa mantram yang dipakai untuk bersembahyang pada tempat-tempat tertentu. Sekali lagi, mantram ini menggantikan “mantram umum” pada saat menyembah kepada Istadewata, yakni sembahyang urutan ketiga pada Panca Sembah.
Terakhir, ini sembahyang ke hadapan Hyang Ganapati (Ganesha), namun dalam kaitan upacara mecaru (rsigana), atau memuja di Sanggah Natah atau Tunggun Karang, tak ada kaitannya dengan Panca Sembah :
Om Ganapati rsi putram
bhuktyantu weda tarpanam
bhuktyantau jagat trilokam
suddha purna saririnam
Demikianlah mantram untuk Istadewata.
—————————————————————-
DOA SEHARI-HARI
Inilah doa untuk sehari-hari. Lazimnya tentulah dihafalkan. Namun kalau panjang, apalagi untuk di depan umum, misalnya, membuka rapat/pertemuan, mantram ini bisa dibaca dengan memegang buku. Mantram atau doa ini ejaannya sedapat mungkin mengikuti bahasa Sansekerta justru untuk mendekati pengucapan. Setiap hurup bergaris kecil di atasnya, dibaca lebih panjang. Misal: à dibaca aa dan ù dibaca uu. Namun, huruf v (asli) sudah diganti w untuk mendekati cara bacanya.
Doa menjelang tidur :
Om asato mà sat ganaya,
tamaso mà jayatir ganaya,
mrityor màmritam gamaya.
(Ya Tuhan tuntunlah hamba dari jalan yang sesat menuju jalan yang benar,dari jalan gelap ke jalan terang, hindarkanlah hamba dari kematian menuju kehidupan abadi.)
Doa bangun pagi :
Om Utedànim bhagawantah syàmota
prapitwa uta mandhye ahnam
utodità maghawanta sùryasya wayam
dewànàm sumantau syàma.
(Ya Tuhan Yang Maha Pemurah, jadikanlah hamba orang yang selalubernasib baik pada hari ini, menjelang tengah hari, dan seterusnya. Semogapara Dewa melindungi diri hamba.)
Doa membersihkan/mencuci muka :
Om Cam camàni ya namah swàha.
Om waktra parisudahaya namah swàha.
(Ya Tuhan, hamba memujaMu, semoga muka hamba menjadi bersih.)
Doa menggosok gigi :
Om rahphat astràya namah.
Om Sri Dewi Bhatrimsa Yogini namah.
(Ya Tuhan, sujud hamba kepada Dewi Sri, Bhatari Yogini, semoga bersihlah gigi hamba.)
Doa berkumur :
Om Ang waktra parisudhamàm swaha.
(Ya Tuhan, semoga bersihlah mulut hamba.)
Doa membersihkan kaki :
Om Am kham khasolkhàya iswaràya namah swàha.
(Ya Tuhan, semoga bersihlah kaki hamba.)
Doa mandi :
Om Ganggà amrta sarira sudhamàm swàha.
Om Sarira parisudhamàm swàha.
(Ya Tuhan, Engkau adalah sumber kehidupan abadi nan suci, semoga badan hamba menjadi bersih dan suci.)
Bisa pula dengan doa atau mantram ini:
Om gangge ca yamune caiwa
godawari saraswati
narmade sindhù kaweri
jale smin sannidhim kuru
(Ya Tuhan, ijinkanlah hamba memanggil sungai suci Gangga, Yamuna,Godawari, Saraswati, Narmada, Sindhu dan Kaweri, semoga menganugerahkan kesucian kepada hamba.)
Doa pada waktu mengenakan pakaian :
Om tam Mahàdewàya namah swàha,
Om bhusanam sarirabhyo parisudhamam swàha.
(Tuhan dalam perwujudanMu sebagai Tat Purusha, Dewa Yang Maha agung, hamba sujud kepadaMu dalam menggunakan pakaian ini. Semoga pakaian hamba menjadi bersih dan suci.)
Selesai berpakaian hendaknya melakukan persembahyangan Trisandya.
Doa panganjali :
Diucapkan saat berjumpa dengan seseorang atau memulai suatu
pembicaraan dalam sebuah pertemuan. Tangan dicakupkan seperti
menyembah, diangkat sejajar dada.
Om Swastyastu
(Semoga selalu dalam keadaan.selamat di bawah lindungan Tuhan.)
Doa menghadapi makanan :
Om hiranyagarbhah samawartatagre
bhùtasya jàtah patireka àsit
sadàdhara pritiwim dyam utemam
kasmai dewàya hawisa widhema
Om pùrnam adah purnamidam
pùrnàt purnam udacyate
pùrnasya purnam àdàya
pùrnamewawasisyate
(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih. Engkau asal alam semesta dan
satu-satunya kekuatan awal. Engkau yang memelihara semua makhluk,seluruh bumi dan langit. Hamba memuja Engkau. Ya Tuhan Yang Maha Sempuma dan yang membuat alam sempurna. Alam ini akan lenyap dalam kesempurnaanMu. Engkau Maha Kekal. Hamba mendapat makanan yang cukup berkat anugrahMu. Hamba manghaturkan terima kasih.)
Doa di atas baik untuk makan bersama, misalnya, pesta atau istirahat
makan dalam suatu pertemuan. Jika sendirian bisa mengucapkan doa pendek ini yang diambil dari kitab suci Yajurveda:
Om annapate annasya
no dehyanmiwasya susminah
pra-pra dàtàram tàris ùrjam
no dhehi dwipade catuspade
(Ya Tuhan, Engkau penguasa makanan, anugerahkanlah makanan ini, semoga memberi kekuatan dan menjauhkan dari penyakit. Bimbinglah hamba anugerahkan kekuatan kepada semua mahkluk.)
Doa mulai mencicipi makanan :
Om anugraha amrtàdi sañjiwani ya namah swàha.
(Ya Tuhan, semoga makanan ini menjadi penghidup hamba lahir dan bathin yang suci.)
Doa selesai makan :
Om Dhirgayur astu, awighnamastu, subham astu
Om sriyam bhawantu, sukham bhawantu, pùrnam bhawantu, ksàma
sampurnàya namah swàha.
Om, Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om.
(Ya Tuhan, semoga makanan yang telah masuk ke dalam tubuh hamba memberikan kekuatan dan keselamatan, panjang umur dan tidak mendapat sesuatu apapun. Ya Tuhan, semoga damai, damai di hati, damai di dunia,damai selama-lamanya.)
Doa sebelum memulai suatu pekerjaan :
Om awighnam astu namo sidhham.
Om sidhirastu tad astu swàha.
(Ya Tuhan, semoga atas perkenanMu, tiada suatu halangan bagi hamba memulai pekerjaan ini dan semoga berhasil baik).
Doa selesai bekerja/bersyukur :
Om Dewa suksma parama acintyàya namah swàha
Sarwa karya prasidhàntam.
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om.
(Ya Tuhan dalam wujud Parama Acintya yang maha gaib dan maha karya,hanya atas anugrahMu-lah maka pekerjaan ini berhasil dengan baik.Semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selamanya).
Doa mohon bimbingan Tuhan :
Om Asato mà sadyamaya
tamaso mà jyotir gamaya
mrtyor mà amrtam gamaya,
Om agne brahma grbhniswa
dharunama syanta riksam drdvamha
brahrnawanitwa ksatrawahi sajàta
wanyu dadhami bhratrwyasya wadhyàya.
(Tuhan Yang Maha Suci, bimbinglah hamba dari yang tidak benar menuju yang benar. Bimbinglah hamba dari kegelapan pikiran menuju cahaya pengetahuan yang terang. Lepaskanlah hamba dari kematian menuju kehidupan yang abadi. Tuhan Yang Maha Suci, terimalah pujian yang hamba persembahkan melalui Weda mantra dan kembangkanlah pengetahuan rohani hamba agar hamba dapat menghancurkan musuh yang ada pada hamba (nafsu). Hamba menyadari bahwa Engkaulah yang berada dalam setiap insani (jiwatman), menolong orang terpelajar pemimpin negara
dan para pejabat. Hamba memuja Engkau semoga melimpahkan anugrah kekuatan kepada hamba.)
Doa mohon inspirasi :
Om prano Dewi Saraswati
wàjebhir wàjiniwati
dhinam awiñyawantu.
(Ya Tuhan dalam manifestasi Dewi Saraswati, Hyang Maha Agung dan Maha Kuasa, semoga Engkau memancarkan kekuatan rohani, kecerdasan pikiran, dan lindungilah hamba selama-lamanya.)
Doa mohon dianugrahi kecerdasan dan kesucian :
Om pàwakànah Saraswati
wàjebhir wajiniwati
yajñam wastu dhiyàwasuh.
(Ya Tuhan sebagai manifestasi Dewi Saraswati. Yang MahaSuci,
anugrahilah hamba kecerdasan. Dan terimalah persembahan hamba ini.)
Doa mulai belajar :
Om purwe jato brahmano brahmacari
dharmam wasànas tapasodatistat
tasmajjatam brahmanam brahma
lyestham dewasca sarwe amrttna sàkama
(Ya Tuhan, muridMu hadir di hadapanMu, Oh Brahman yang berselimutkan kesaktian dan berdiri sebagai pertama. Tuhan, anugrahkanlah pengetahuan dan pikiran yang terang. Brahman yang agung, setiap makhluk hanya dapat bersinar berkat cahayaMu yang senantiasa memancar.)
Doa mohon ampun dalam segala dosa :
Om dewakrtasyainaso awaya janam
asi manusyakrtasi nama awaya janam
asipitra kitasi namo awaya janam asyatma
krtasyaenaso awaya janam
asyena sa’ enase waya janam asi
yacchaham eno vidvamscakara
yacchavidvams tasya va ya janam asi
(Ya Tuhan, ampunilah dosa hamba terhadapMu, ampunilah dosa hamba terhadap sesama manusia, terhadap orangtua hamba, terhadap teman hamba, Tuhan ampunilah dosa hamba terhadap segala macam dosa,
terhadap dosa yang hamba lakukan dengan sadar atau tidak sadar. Tuhan,semoga berkenan mengampuni semuanya itu.)
Doa memotong hewan :
Om pasu pasàya wimahe sirascadaya dhimahi tano jiwah pracodayat.
(Semoga atas perkenan dan berkahMu para pemotong hewan dalam
upacara kurban suci ini beserta orang-orang yang telah berdana punia untuk yadnya ini memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan. Tuhan, hambamemotong hewan ini, semoga rohnya menjadi suci.)
Doa mengunjungi orang sakit :
Om sarwa wighna sarwa klesa sarwa lara roga winasàya namah
(Ya Tuhan semoga segala halangan, segala penyakit, segala penderitaan dan gangguan Engkau lenyapkan semuanya.)
Doa mendengar atau melayat orang meninggal dunia :
Om atma tattwatma naryatma Swadah Ang Ah
Om swargantu, moksantu, sùnyantu, murcantu.
Om ksàma sampurnàya namah swàha.
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semogalah arwah yang meninggal mendapat sorga, menunggal denganMu, mencapai keheningan tanpa derita. Ya Tuhan, ampunilah segala dosanya, semoga ia mencapai kesempurnaan atas kekuasaan dan pengetahuan serta pengampunanMu.)
Doa untuk keselamatan penganten :
Om iha iwa stam mà wi yaustam
wiswam àyur wyasnutam
kridantau putrair naptrbhih
modamànau swe grhe
(Ya Tuhan, anugerahkanlah kepada pasangan penganten ini kebahagiaan,keduanya tiada terpisahkan dan panjang umur. Semoga penganten ini dianugerahkan putra dan cucu yang memberikan penghiburan, tinggal dirumah yang penuh kegembiraan.)
Doa memohon ketenangan rumah tangga :
Om wisowiso wo atithim
wajayantah purupriyam
agnim wo duryam wocah
stuse sùsasya manmabhih
(Ya Tuhan, Engkau adalah tamu yang datang pada setiap rumah. Engkauamat mencintai umatMu. Engkau adalah sahabat yang maha pemurah.Perkenankanlah hamba memujaMu dengan penuh kekuatan, dalam ucapanmaupun tenaga dan dalam lagu pujian.)
Doa untuk kelahiran bayi :
Om Brhatsumnah prasawità niwesano
jagatah sthaturubhayasya yo wasi
sa no dewah sawità sarma yaccha twasme
ksayaya triwarutham amhasah
(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih, yang memberi kehidupan pada alam dan menegakkannya. la yang mengatur baik yang bergerak dan yang tidakbergerak, semoga Ia memberi rahkmatNya kepada kami untuk ketentraman hidup dengan kemampuan untuk menghindari kekuatan yang jahat.)
Setelah bayi dimandikan, ayah bayi atau orang yang dituakan yang hadir di sana diminta membisikkan Mantram Gayatri (bait pertama Puja Trisandya)masing-masing tiga kali pada lobang telinga kanan dan kiri bayi itu.
Doa untuk memohon cinta kasih-Nya :
Om wicakrame prthiwim esa etàm
ksetràya wisnur manuse dasasyan
druwàso asya kirqya janàsa
uruksitim sujanimà cakàra
(Ya Tuhan, Engkau Hyang Wisnu yang membentang di bumi ini,
menjadikah tempat tinggal bagi manusia. Kaum yang hina aman sentosa di bawah lindungan-Nya. Yang mulia telah menjadikan bumi tempat yang lega bagi mereka.)
Doa untuk memohon panjang umur :
Om Taccaksur dewahitam sukram uccarat
pasyema saradah satam
jiwema saradah satam
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga seratus tahun hamba selalu melihat mata yang bersinar ciptaanNya, semoga hamba hidup seratus tahun lamanya.)
Doa pembukaan rapat/pertemuan :
Om sam gacchadwam sam wadadwam
sam wo manamsi jànatàm
dewa bhagam yatha purwe
samjànàna upasate.
Om samani wa akutih
samànà hrdayàni wah
samànam astu wo
mano yatha wah susahasati.
Om ano bhadrah krattawo yantu wiswatah
(Ya Tuhan, hamba berkumpul di tempat ini hendak bicara satu dengan yang lain untuk menyatukan pikir sebagai mana halnya para dewa selalu bersatu.Ya Tuhan, tuntunlah kami agar sama dalam tujuan, sama dalam hati,bersatu dalam pikiran hingga dapat hidup bersama dalam sejahtera dan bahagia. Ya Tuhan, semoga pikiran yang baik datang dan segala penjuru.)
Doa penutup rapat/pertemuan :
Om anugraha manoharam,
devadatta nugrahaka,
arcanam sarwà pùjanam,
namah sarwa nugrahaka.
Om ksama swamàm jagadnàtha,
sarwa pàpà hitankarah,
sarwa karya sidham dehi,
pranamya sùryeswaram.
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om.
(Ya Tuhan limpahkanlah anugrahMu yang menggembirakan kepada
hamba. Tuhan yang maha pemurah, semoga Tuhan melimpahkan segala anugrah kepada hamba. Ya Tuhan, pelindung alam semesta, pencipta semua makhluk, ampunilah dosa hamba dan anugrahilah hamba dengan keberhasilan atas semua karya. Tuhan yang memancarkan sinar suci,ibaratnya sang surya memancarkan sinarnya, hamba sujud kepadaMu. Ya Tuhan, semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)
Untuk menutup pertemuan, bisa pula dipakai doa di bawah ini yang
diambilkan dari kitab Yajurveda. Mantram ini disebut Santi Mantram.
Bunyinya:
Om dyauh sàntir antariksam sàntih
prthiwi sàntir àpah sàntir
asadhayah santih wanaspatayah santir
wiswe dewah sàntir brahma sàntih
sarvam sàntih santir ewa sàntih
sà mà sàntir edhi
(Ya Tuhan Yang Mahakuasa, anugerahkanlah kedamaian di langit, damai dibumi, damai di air, damai pada tumbuh-tumbuhan, damai pada pepohonan,damai bagi para dewata, damailah Brahma, damailah alam semesta.Semogalah kedamaian senantiasa datang pada kami)
Doa untuk pedagang :
Om à wiswàni amrta saubhagàni
(Ya Tuhan, semoga Engkau menganugerahkan segala keberuntungan yang memberikan kebahagiaan kepada hamba.)
Doa untuk kebajikan, juga dipakai sebelum meditasi :
Om wiswàni dewa sawitar
duri tàni parà suwa
yad bhadram tanna à suwa
(Ya Tuhan, Sawitar, usirlah jauh-jauh segala kekuatan jahat. Berikanlah hamba yang terbaik.)
Doa mohon perlindungan, juga baik diucapkan ketika sakit :
Om Trayambhakam yajàmahe
sugandhim pusti wardhanam
unwarukam iwa bandhanàt
mrtyor muksiya màmrtàt
(Ya Tuhan, hamba memuja Hyang Trayambhaka/Rudra yang menyebarkan keharuman dan memperbanyak makanan. Semoga la melepaskan hamba seperti buah mentimun dari batangnya, melepaskan dari kematian dan bukan dari kekekalan.)
Doa untuk pelantikan pejabat negara :
(Yang dilantik biasanya menirukan)
Om A Brahman bràhmano brahmawarcasi jàyatàmà
ràste raàjanah sura isawyo tiwyàdhi mahàratho jàyàtàm
dogdhri dhenuryodànad wànàsuh saptih purandhiryosàjisnu
rathesthah sabheyo yuwàsyajayamànasya wiro jàyàtam
nikàame-nikàme nah parjanyo warsatu phalawatyo na
osadhayah pacyantam yogaksemo nah kalpatàam
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semogalah di negara ini lahir orang-orang yang memiliki pengetahuan spiritual. Semoga pula pemimpin-pemimpin yang perkasa pandai menggunakan kebijaksanaan seperti menggunakan senjata, pahlawan yang tangguh, sapi yang banyak memberikan susu,lembu pembawa barang dan kuda yang cepat. Demikian pula lahir wanita yang sempurna. Pemuda yang baik dan berguna bagi masyarakat, sedia berkorban. Semoga hujan turun memberi kemakmuran. Semoga pepohonan berbuah lebat. Semoga usaha kami berhasil.)
Doa mengheningkan cipta :
Om-mata bhumih putro aham prthivydh
(Ya Tuhan, semoga kami mencintai tanah air ini sebagai ibu dan hamba adalah putra-putranya yang siap sedia membela seperti para pahlawan kami.)
Doa paramasanti :
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om
(Semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)

Penanggalan

WARIGA & PENANGGALAN SAKA BALI


I WARIGA DASAR PELAKSANAAN AJARAN AGAMA HINDU DI BALI
Ilmu wariga sesungguhnya mengajarkan kepada umat manusia di muka bumi ini bahwa benda-benda bersinar di langit sangat memberikan pengaruh terhadap kehidupan di jagat raya ini. Benda – benda langit tersebut yang menjadi dasar perhitungan wariga, sebab unsur – unsur yang membangun sistem wariga tersebut merupakan simbol benda – benda langit tersebut.
Ilmu wariga yang berkembang di Bali ditinjau dari unsur matematis, unsur sistematis dan unsur geografisnya merupakan asli perhitungan bumi pramana (Lokal Bali-Indonesia). Unsur matematis adalah keakuratan sistem wariga di dalam menentukan umur tahun, umur bulan dan umur hari. Unsur sistematis adalah keakuratan ilmu wariga dalam menentukan hari-hari raya keagamaan dalam tradisi Hindu di Bali. Unsur geografis adalah sesuai dengan tempat dan kondisi dimana ilmu wariga itu diterapkan.
Padewasan merupakan penerapan ilmu wariga yang di dalamnya menguraikan tentang perhitungan waktu dan baik buruknya hari. Padewasan berasal dari kata “dewasa” mendapat awalan “pa” dan akhiran “an” (pa + dewasa + an). Dewasa artinya hari pilihan, hari baik. Dewasa menurut Sir Monir Wilams, M.A, K.C.I.E. di dalam Sankrit – English Diktionary disebutkan dengan kata “Divasa”, adalah bahasa Sansekerta dari akar kata “Div” yang artinya sinar. Dari kata “Div” kemudian menjadi kata divasa berarti sorga, langit, hari. Dari kata divasa itulah kemudian menjadi kata dewasa yang artinya hari pilihan atau hari baik. Di Bali juga berkembang istilah “duwasa” yaitu berasal dari akar kata duwa – asa, duwa artinya ‘kalih”, asa artinya “pikayun” yaitu “nyikiang pikayun sang mapinunas kelawan sang mapica”. Setiap kegiatan keagamaan di Bali selalu didasari oleh penentuan hari yang baik untuk mendapatkan hasil yang baik secara religius. Disamping itu sering juga di temukan istilah “ala ayuning dewasa” pada masyarakat Hindu Bali yang artinya baik buruknya hari. Maksudnya hari itu ada baik dan ada buruknya, yaitu baik untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan buruk untuk melaksanakan pekerjaan yang lainnya. Sebenarnya hari itu memiliki sifat yang relatif, tergantung dari orang memilih untuk mempergunakannya. Dengan demikian untuk memilih hari baik memerlukan pertimbangan yang matang dan bijaksana serta mampu membedakan yang baik dan yang buruk dalam satu kegiatan. Oleh karenanya perlu diketahui fungsi dari masing-masing unsur yang membangun sisitem wariga dalam kaitannya dengan padewasan.
Sejalan dengan itu ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam ilmu wariga tersebut yang merupakan dasar pengetahuan tentang wariga yang juga merupakan sebagai unsur yang membangun sistem wariga adalah : wewaran, wuku, tanggal/panglong, sasih, dan dawuh. Dari semua unsur-unsur ini dijadikan dasar dalam menerapkan ilmu wariga sehingga memunculkan padewasan. Apabila ingin memahami ilmu wariga di Bali semestinya terlebih dahulu memahami unsur-unsur yang membangun sistem wariga tersebut, misalnya wewaran beserta dengan neptu dan rumus-rumusannya, wuku dengan perhitungannya, meningkat pada penanggal/ panglong dengan penguasaan ilmu pengalantakanya yang menata posisi purnama tilem, selanjutnya memahami perhitungan sasih, dan yang terkhir bisa menghitung dawuh. Bagi orang yang sudah mampu dalam angulikaken atau menghitung perhitungan wariga tersebut, maka orang tersebutlah yang berwenang didalam aniwakaken atau memberi padewasan untuk suatu kegiatan.

DASAR - DASAR PENGETAHUAN TENTANG WARIGA

I. W E W A R A N
Hari-hari atau Wewaran itu sebenarnya adalah simbolis dari benda-benda alam yang disebut dengan Brahmanda. Misalnya Minggu (Redite) adalah simbolis dari Matahari. Demikian pula benda-benda alam lainnya, seperti Bulan (Senin), Mars (Selasa), Mercurius (Rabu), Yupiter (Kamis), Venus (Jumat), Saturnus (Sabtu) serta benda-benda angkasa lainnya lagi mempunyai pengaruh tertentu.
Wewaran terdiri dari :

  1. Eka wara = Luang (hurip ; 1, Sanghyang Taya)
2. Dwi wara = Menga,(hurip ; 5, Sanghyang Kalima), Pepet ( hurip ; 7, Sanghyang Timira)
3. Tri wara = Pasah,(hurip ; 9, Sanghyang Cika), Beteng, (hurip ; 4, Sanghyang Wacika), Kajeng, (hurip; 7, Sanghyang manacika)
  1. Catur wara = Sri, (hurip;4, bhatari gangga), Laba (hurip;5,Sanghyang Bayu), Jaya (hurip;9,Sanghyang Sangkara), Mandala (hurip;7,Sanghyang Kancana Widhi).
  2. Panca wara = Umanis (hurip;5,Sanghyang Iswara), Paing (hurip; 9, Sanghyang Brahma), pon (hurip;7,Sanghyang Mahadewa), wage (hurip;4,Sanghyang Wisnu), Kliwon (hurip;8, Sanghyang Siwa).
  3. Sad Wara = Tungleh (hurip;7, Sanghyang Indra), Aryang (hurip; 1,Sanghyang Brahma), Urukung (hurip ;5,Sanghyang Kwera), Paniron (hurip ; 8,Sanghyang Bayu), Was (hurip ; 9,Sanghyang Bajra), Maulu (hurip ; 3, Sanghyang Erawan).
  4. Sapta Wara = Radite (hurip ; 5,Sanghyang Baskara), Soma (hurip ; 4,Sanghyang candra), Anggara (hurip ; 3,Sanghyang Manggala), Buddha (hurip ; 7, Sanghyang Udaka), Wraspati (hurip ; 8, Sanghyang Sukra Guru), Sukra (hurip ; 6,Sanghyang Bregu), Saniscara (hurip ; 9, Sanghyang Wasu).
  5. Asta wara = Sri (hurip ; 6, Dewi Sri), Indra (hurip ; 5,Sanghyang Indra), Guru (hurip ; 8, Sanghyang Guru), Yama (hurip ; 9,Sanghyang Yama), Ludra (hurip ; 3,Sanghyang Ludra), Brahma (hurip ; 7,Sanghyang Brahma), Kala (hurip ; 1,sanghyang Kala), Uma (hurip ; 4, Sanghyang Amertha).
  6. Sanga wara = Dangu (hurip ; 5,Bhuta urungan), Jangur (hurip ; 6,Bhuta Pataka), Gigis (hurip ; 8, Bhuta Jirek), Nohan (hurip ; 1,Bhuta Reregek), Ogan (hurip ; 8, Bhuta jingkrak), Erangan (hurip ;3, Bhuta Jabung), Urungan (hurip ; 7, Bhuta Kenyeng), Tulus (hurip ; 9, Sanghyang Saraswati), Dadi (hurip ; 4, Sanghyang Dharma).
10. Dasa wara = Pandita (hurip ; 5,Sanghyang Aruna), Pati (hurip ; 7,Sanghyang Kala), Suka (hurip ; 10,Sanghyang Semara), Duka (hurip ; 4,Dewi Dhurga), Sri (hurip ; 6, Sanghyang Bahsundari), Manuh (hurip ; 2, Sanghyang Suksma Jati), Manusa (hurip ; 3, sanghyang Suksma Jati), Raja (hurip ; 8, Sanghyang Kala Tangis), Dewa (hurip ; 9, Sanghyang Sambu), Raksasa (hurip ; 1, Sanghyang Kalakopa).

II. Wuku
Adanya Wuku diambil dari mitos Watugunung yang termuat dalam Rontal Medang Kamulan dan Purwaning wariga. Wuku juga memegang peranan penting dalam perhitungan pedewasan, utamanya yang menyangkut tentang nama, dewanya wuku, dan tempatnya dalam pengider – ider sebagai berikut :

  1. Nama wuku dan Dewanya :
    1. Sinta Bhatara Yamadipati
    2. Landep Bhatara Mahadewa
    3. Ukir Bhatara Mahayekti
    4. Kulantir Bhatara Langsur
    5. Tolu Bhatara Bhayu
    6. Gumbreg Bhatara Cakra
    7. Wariga Bhatara Asmara
    8. Warigadean Bhatara Maharsi
    9. Julungwangi Bhatara Sambu
    10. Sungsang Bhatara Gana
    11. Dungulan Bhatara Kama Jaya
    12. Kuningan Bhtara Indra
    13. Langkir Bhatara Kala
    14. Medangsia Bhatara Brahma
    15. Pujut Bhatara Guritna
    16. Pahang Bhatara Tantra
    17. Klurut Bhatara Wisnu
    18. Mrakih Bhatara Surenggana
    19. Tambir Bhatara Siwa
    20. Madangkungan Bhatara Basuki
    21. Matal Bhatara Sakti
    22. Uye Bhatara Kuwera
    23. Menail Bhatara Citragota
    24. Prangbakat Bhatara Bisma
    25. Bala Bhatara Durgha
    26. Ugu Bhatara Singajalma
    27. Wayang Bhatara Sri
    28. Kalawu Batara Sedana
    29. Dukut Bhatara Baruna
    30. Watugunung Bhatara Antaboga.

III. PENANGGAL DAN PENGELONG
Penanggal dan pengelong perhitungannya berdasarkan peredaran bulan satelit dari bumi sebagai berikut :
  1. Penanggal (tanggal) disebut Suklapaksa.
Perhitungan hari – harinya adalah sesudah bulan mati/tilem sampai dengan purnama (bulan sempurna), lamanya sekitar 15 hari dari penanggal 1 s/d 15.
Penanggal 14 sering disebut Purwani artinya bulan mulai akan sempurna nampak dari bumi. Sedangkan penanggal 15 disebut Purnama artinya bulan sudah bulat betul atau bulan sempurna nampak dari bumi.
2. Pengelong disebut Kresnapaksa
Perhitungan hari-harinya adalah sehari sesudah purnama lamanya sekitar 15 hari dari pengelong 1 s.d 15. pengelong 14 sering disebut Purwanning Tilem artinya bulan mulai akan tidak nampak dari bumi. Sedangkan pengelong 15 disebut Tilem artinya bulan sama sekali tidak nampak dari bumi.
Pedewasan yang muncul dari penanggal / pengelong
Penanggal/ pengelong
  1. Semua pekerjaan boleh dilakukan dan berhasil tergolong baik.
  2. Tidak ada halangan, semua pekerjaan berhasil tergolong baik
  3. Tidak berhasil tergolong buruk
    1. Kosong tidak ada apa-apa,tidak berhasil buruk
    2. Menemui makanan tergolong baik
    3. Tidak mendapat dana punia/persembahan tergolong buruk
    4. Rahayu ( selamat ) tergolong baik
    5. Rusak (kaon) tergolong buruk
    6. Medurgama (amat berbahaya) amat buruk
    7. Rahayu (selamat) tergolong baik
    8. Jika berpergian mendapat kesenangan Tergolong baik
    9. Menyebabkan kematian tergolong buruk
    10. Selamat dan senang tergolong baik sekali
    11. Menderita ( sengsara ) tergolong buruk
15 Dicintai anak ( tresnain anak ) tergolong Baik.
Ala Ayuning Pananggal Pawiwahan
Baik buruknya Penanggal dalam upacara pernikahan.
Pananggal ( Tanggal ) :
  1. Baik : senang dan selamat
  2. Baik : kerabat, teman-teman menaruh rasa sayang
  3. sedang/madya : banyak mempunyai putra
  4. Buruk : menyebabkan janda
  5. Baik : senang dan selamat
  6. Buruk : menderiata (keduhkitan)
  7. Baik : amat bahagia
  8. Buruk : menderita sakit-sakitan
  9. buruk sekali : penderitaan tak putus-putusnya
  10. Baik sekali : kaya raya
  11. Buruk : tidak berhasil
  12. Buruk : menderita (kalaran)
  13. Baik : berhasil
  14. Buruk : bertengkar menybabkan perceraian.
    1. Buruk sekali : selamanya menderita (tanpegat Kelaran ).




IV. Sasih
Sasih disebut masa artinya bulan. Dalam setahun terdiri dari 12 masa atau 12 bulan. Sasih ada beberapa jenis sebagai berikut :

Jenis Sasih
  1. Sasih Wuku : mengikuti jalannya wuku yaitu 2 x 210 hari = 420 hari. Tiap bulan umurnya 35 hari.
  2. Sasih Candra : mengikuti peredaran bulan mengeliling bumi lamanya 354/355 hari, setiap bulan umurnya 29/30 hari tepatnya 29 hari 12 jam 44 menit 9 detik
  3. Sasih Surya : mengikuti perderan bumi mengeliling matahari lamanya 365/366 hari. Tepatnya dalam setahun 365 hari 5jam 43 menit 46 detik. Tiap bulan umurnya berkisar 30/31 hari dan sasih kawolu umurnya 26/29 hari.

Nama – nama sasih
(jawa) (Bali) (sekitar bln)
1. Srawana - kasa - Juli
2. Bhadrawada - karo - Agustus
3. Asuji/aswino - Katiga - September
4. Kartika - Kapat - Oktober
5. Marggasirsa - Kalima - November
6. Posya - Kanem - Desember
7. Magha - Kapitu - Januari
8. Palguna - Kawolu - Februari
9. Caitra - Kasanga - Maret
10. Waisaka - Kadasa - April
11. Jyesta - Desta - Mei
12. Asadha - Sada - Juni.

Sasih Hubungannya dengan Wiwaha ( Upacara Pernikahan )
  1. Srawana : Buruk, anak – anaknya menderita
  2. Bhadrawada : Buruk, sangat miskin
  3. Asuji : Sedang, banyak anak
  4. Kartika : Baik,kaya dicintai orang
  5. Marggasirsa : Baik, tidak kurang makan dan minum
  6. Posya : Buruk, janda
    1. Magha : Baik, mendapat keselamatan dan Panjang umur
8. Palguna : Buruk, kurang makan dan minum
9. Caitara : Buruk sekali, selalu sengsara sakit-sakitan
10. Waisaka : Baik sekali, kaya raya selalu gembira
11. Jyesta : Buruk, duka,sering bertengkar marah
12. Asadha : Buruk, sakit – sakitan.
Catatan :
  1. Sasih yang baik untuk Pitra Yadnya : Kasa,karo, katiga
  2. Sasih yang baik untuk Dewa Yadnya : Kapat, kalima, kapitu, kadasa.
  3. Sasih yang baik untuk Bhuta Yadnya : Kanem dan kasanga
  4. Sasih baik untuk mamukur : Kadasa

V. Dawuh
Dawuh berarti Waktu atau Jam. Dasar perhitungannya adalah Rotasi bumi pada sumbunya, sehingga terjadi perubahan setiap saat. Sekali pusingan bumi pada sumbunya adalah 24 jam (1 hari). Perhitungan dawuh pada umumnya dimulai dari matahari terbit.
Jenis – jenis Dawuh :
  1. Dawuh Sekaranti : perhitungannya 12 jam : 5 sehingga setiap Dawuh lamanya 2 jam 24 menit
  2. Panca Dawuh : perhitungannya 12 jam : 5, sehingga setiap Dawuh lamanya 2 jam 24 menit.
  3. Asta dawuh : perhitungannya 12 jam : 8, sehingga setiap Dawuh lamanya 1 jam 30 menit.



Sarining dawuh atau Dawuh Inti.
Sarining Dawuh atau Dawuh Inti adalah waktu atau jam – jam yang baik ( dawuh ayu ) untuk memulai suatu pekerjaan. Sarining dawuh adalah merupakan saringan dari pertemuan Panca dawuh dengan Asta dawuh sebagai berikut:
  1. Minggu/Redite,
Siang : 00.70-07.54 dan10.18-12.42
Malam : 22.18-24.42 dan03.00-04.00
2.Senin/Coma,
Siang : 07.54-10.18
Malam : 24.42-03.06
3.Selasa/Anggara,
Siang : 10.00-11.30 dan 13.00-15.00
Malam :19.54-22.00 dan 22.30-01.00
4. Rabu/Buda,
Siang : 07.54-08-30 dan 11.30-12.42
Malam : 22.18-23.30 dan 02.30-03.00
5. Kamis/Wraspati,
Siang : 05.30-07.54 dan 18.42-14.30
Malam :20.30-22.18 dan 03.06-05.30
6. jumat/Sukra,
Siang : 08.30-10.18 dan 16.00-17.30
Malam : 17.30-19.00 dan 24.42-02.30
7.Sabtu/ Saniscara
Siang : 11.30-12.42
Malam : 22.18-23.30

II GAMBARAN UMUM TENTANG PENANGGALAN SAKA BALI
Kalender Saka Bali adalah Kalender yang khusus di buat di Bali, dengan inti didalamnya adalah Ilmu Wariga dalam memperhitungkan ala-ayuning Dewasa ( hari baik dan hari buruk untuk suatu kegiatan), dan Pelaksanaan kegiatan keagamaan akan selalu berpedoman pada kalender Saka Bali ini. Berbeda dengan kalender-kalender lainnya,Kalender Saka Bali ini belum bisa dipastikan siapa penciptanya, namun melihat dari perkembangannya, dan peredarannya Kalender Saka Bali ini, maka akan diketemukan Beliau seperti Bapak I Gusti Bagus Sugriwa (alm) dan Bapak I ketut Bambang GD. Rawi (alm), adalah sebagai perintis kalender yang kita warisi sekarang ini.
Secara umum Kalender Saka Bali merangkum empat sitem kalender yaitu :
1. Solar sistem ( surya pramana ). Adalah pola kalender yang berpedoman dengan jangka waktu peredaran bumi mengelilingi matahari, yang dinyatakan satu tahun disebut satu tahun surya ( umur tahunnya : 365 hari, 48 menit, 46 detik. / 365, 22 hari.)
2. Lunar sistem ( Candra Pramana ). Adalah pola kalender dengan jangka waktu peredaran Bulan mengelilingi Bumi, selama : 29 hari, 12 jam, 44 menit, yang dinyatakan satu bulan, dan satu tahunnya adalah dua belas bulan disebut satu tahun candra ( 354 hari, 48 menit, 36 detik.)
3. Luni Solar sistem ( Tahun Surya Candra) adalah pola kalender yang berpedoman dengan penggabungan tahun Surya dengan Tahun Candra. Umur tahunnya ada dua macam ; tahun panjang berumur 13 bulan candra dan tahun pendek berumur 12 bulan candra.
4. Sistem Wuku yang perhitungannya berdasarkan perputaran Wuku yang jumblahnya 30 wuku, mulai dari Sinta dan berakhir pada Watu Gunung. Satu wuku terdiri dari 7 hari. Satu bulan wuku terdiri dari 35 hari, dan satu tahunnya adalah 420 hari.
Penanggalan saka Bali adalah penanggalan yang banyak dipengaruhi oleh unsur mistik (religius) disamping juga ditentukan oleh beberapa unsur lainnya seperti : unsur matematis yang menyangkut umur hari, umur bulan dan umur tahunnya. Unsur sistematis yang menyangkut bagaimana ketepatan perhitungan hari-hari suci dalam kegiatan keagamaan dan secara unsur Geograpisnya penetapan bulan dan tutup tahunnya tepat sehingga dalam penerapannya mudah dipahami oleh masyarakat. Kalender saka Bali menterpadukan seluruh sistemmatika kalender, karena itulah umur tahunnya ada dua macam yaitu ; tahun panjang dengan 13 bulannya dan tahun pendek dengan 12 bulannya, ini terjadi akibat penggabungan surya-candra pramana.
Pada tahun pendek yang berumur 12 bulan, adalah biasa, namun pada saat tahun panjang yang berumur 13 bulan akan diketemukan suatu permasalahan terutama pada dalam menetapkan sisipan 1 bulan yang dikenal dengan istilah “Pangrepeting Sasih” atau nampih sasih.
Kalender Saka Bali menempatkan bulan yang ke 13 dengan nama MALAMASA, hanya pada dua jenis sasih yaitu pada sasih Desta dan Pada Sasih Sada dengan sumber sastranya mengacu pada suatu sumber Wariga yang berbunyi :
Mwah kengetakna ikang mimitaning sasih, ring pratipada ikang sukla paksa, muah madianing sasih ana ring purnama sukla paksa, muah panelasaning sasih ana ring Tilem-Kresna paksa pwa ya. Maka pamurwaning sasih kahanan dening sukla paksa lan kresna paksa, luir danu lawan segara, esok lawan sore. Muah aja lipia pangrepeting sasih ngaran Malamasa, ana ring Desta-Sada, panemugelangin daksinayana, Iswayana, Utarayana, panglanglanging surya.
Arti bebas : Dan ingatlah, mulainya sasih adalah awalnya Suklapaksa. Dan pertengahan sasih adalah purnama sukla paksa, serta berakhirnya sasih adalah tilem kresna paksa. Keberadaan sasih yang terdiri dari suklapaksa dan kresnapaksa bagaikan danau dan samudra, pagi dan sore. Dan jangan lalai pangrepeting sasih dinamakan malamasa ada pada desta-sada pertemuan putaran daksinayana (keselatan), Iswayana (tengah), Utarayana (utara), peredaran matahari.
Dari sumber sastra wariga yang tercantum di atas, apabila diperhatikan dan dijabarkan, maka akan terdapat suatu rumusan sebagai berikut :
  1. Mulainya suatu sasih adalah awalnya sukla paksa yaitu penanggal 1 (apisan)
  2. Pertengahan sasih adalah purnama, (penanggal 15)
  3. Berakhirnya suatu sasih adalah tilem (panglong 15 )
  4. Pangrepeting sasih dinamakan malamasa, ada pada sasih desta dan sasih sada.
Pangrepeting sasih dalam penanggalan Saka Bali hanya ada pada sasih desta dan sada saja, menunjukan suatu rumusan yang sangat sistematis praktis. Sistematis praktis menunjukan suatu sistem yang mudah untuk diterapkan secara praktis. Sistem rumusannya mudah diingat, dan tidak ada lagi sasih lain yang di mala-kan.
Disamping itu pangrepeting sasih malamasa sangat tepat menurut padewasan. Dalam padewasan sasih desta-sada ini dikatagorikan sebagai sasih sebel yaitu sasih yang tidak baik untuk segala macam padewasan (panca yadnya). Jadi dengan penempatan sasih mala pada sasih desata-sada sangat tepat, dan untuk sasih yang lainnya dari Kasa sampai Kadasa tidak ada yang ditampih sehingga tidak membingungkan dalam penerapan padewasan menurut sasih terutama dalam upacara odalan atau ngaben ngerit pada sasih-sasih yang baik untuk itu. Selain itu posisi tilem kesanga selalu ada di bulan maret, tilem kepitu selalu ada pada bulan januari, dan tilem sasih katiga selalu ada pada bulan september. Dengan posisi tilem kesanga yang selalu berada pada bulan maret, amatlah mudah untuk mengetahui kapan pelaksanaan Tawur kesanga serta hari Nyepi sebagai tahun Baru kalender Saka Bali. Secara alami pada bulan ini posisi matahari tepat berada diatas bumi yang secara umum dikenal dengan istilah bajeging surya, lamanya waktu siang dan malam sama atau dalam keadaan seimbang. Tepatlah pelaksanaan tawur kesanga ini dilaksanakan pada tilem kesanga, tilem yang ada di bulan maret.

Agama, Baju dan Sandal

Manusia sungguh mahkluk yang fenomental, dikatakan fenomental karena dirinya selalu memiliki dualitas, sementara dalam tataran egonya dia mengatakan paling sempurna diantara seluruh ciptaan Tuhan, namun keadaan inilah yang justru membuat keanehan baru bagi yang disebut manusia. jika manusia paling sempurna, mengapa ada agama dan ikmu pengetahuan, sedangkan binatang dan tumbuhan tanpa agama dan ilmu pengetahuan mereka bisa hidup. dalam keegoannya banyak manusia yang lupa diri bahkan pura-pura lupa pada ajaran agamanya sehingga cenderung manusia berperilaku seperti binatang, melawan hukum bahkan moralitas diremehkan, jika demikian, maka sebaiknya manusia itu tidak perlu berbaju maupun bersandal. hal demikianlah yang membuat fenomental bagi manusia yang katanya beragama akan menjadi manusia yang baik dan sempurna, namun fakta menunjukkan manusia yang beragama cenderung melakukan tindakan kekerasan atas nama agamanya jika dihina ajaran agamanya.
jika manusia beragama namun menjadikan dirinya sebagai manusia yang sombong, maka sesungguhnya dia adalah mahkluk yang kurang sempurna. dikatakan kurang sempurna bahwa semakin beragama mereka semakin berperilaku sombong, merendahkan orang lain, merasa agamanya paling benar, lalu apa yang perlu diperbaiki jika fenomena ini selalu muncul bagi penganut agama?
penganut agama adalah orang-orang yang memandang bahwa agama adalah suatu keharusan untuk dipahami dan dijalankan perintah ajarannya guna mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin, namun ada sebagian penganut agama hanya sebagai pelengkan hidupnya agar tidak dikatakan orang yang tidak beragama karena hidup dilingkungan masyarakat agama bahkan ada sebagian penganut agama hanya dipakai hiasan agar derajat hidupnya meningkat dan hebat berbaju agama. keadaan tersebut membuat berbagai tafsiran makna dan arti agama bagi penganut agama terlebih bagi pemula penganut agama itu, bahwa dia akan menjadikan agama sebagai apa atau sesuai pendahulunya atau beragama hanya karena warisan orang tua?
Penganut agama yang memahami guna agama diturunkan dibumi ini mereka akan menjadi manusia yang sempurna hidupnya, karena sampai saat ini inti ajaran dari berbagai agama masih eksis sebagai pembina moralitas manusia menuntun hidup manusia di jalan kedamaian dan keharmonisan diantara sesama manusia, alam dan Tuhannya. keberadaan manusia yang salah menarik kesimpulan menjadikan manusia beragama sebagai mahkluk yang sombong. keadaan ini disebabkan akibat pemakaan agama dipandang sebagi baju.  analogi baju manusia adalah agama, maka jika bajunya dilepas manusia akan terlihat telanjang, sedangkan manusia yang berbaju secara nyata sesungguhnya manusia yang bukan asli alias manusia yang sedang menutupi keasliannnya yang sesungguhnya manusia itu telanjang, dengan demikian jika agama dipandang sebagai baju maka manusia beragama hanyalah manusia yang sedang berpura-pura hebat, pinter dan agung karena memiliki baju atau agama, jika manusia itu bajunya dilepas alias sama-sama tidak beragama, maka sesungguhnya mereka derajatnya sama, namun ketika beragama terdapat penggolongan manusia suci dan manusia kotor bahkan muncul manusia baik dan manusia buruk karena kemahiran agamanya. jika kemahiran agama dijadikan tolok ukur untuk menilai manusia, lalu bagi manusia yang tidak beragama namun mereka mampu berbuat baik, tidak merusak dan memiliki rasa tengangrasa, welas asih, suka menolong bahkan melebihi prilaku orang yang beragama? lalu bagaimana kebenaran nilai itu?
Analogi sandal bagi manusia adalah alat pijakan kaki dalam berjalan agar selamat perjalanannya, derajat sandal berada dibawah, namun sandal sangat bermanfaat bagi manusia. jika agama dipakai baju sedangkan ajaran agama dipakai sandal, maka manusia bisa menimbang dan memilih mana yang bisa menyelamatkan dirinya apakah baju atau sandalnya, baju bisa menahan panas sinar matahari atau udara sejuk, namun sandal bisa menahan dari kekerasan kerikil maupun duri dan bahan berbahaya dipermukaan tanah. analogi ini jika dipahami akan membuat manusia yang beragama mampu memaknai agamanya, bahwa tidak ada yang perlu disombongkan atas kebenaran ajaran agamanya, karena sesungguhnya walaupun baik dan benar derajat agama bisa juga seperti sandal artinya rendah, demikian juga bisa sebagai baju yaitu sedang dan bisa juga sebagai pelindung badan maka dengan demikian tiada alasan untuk membela agama jika agama dihina, karena agama sesungguhnya suatu ajaran untuk dipahami dan dijalankan yang memiliki kadar tinggi dan rendah, sehingga jika ada yang merendahkan derajat suatu agama itu hal biasa saja, lalu mengapa manusia penganut agama berekspresi marah-marah jika ada yang menghina agamanya, bukankah seperti anak kecil? sang agama sendiri diam namun penganutnya beringas,ini yang salah dalam memaknai agama. jika memang bangga beragama, maka juga bangga pada siapa saja tanpa marah kalau dihina, karena jawabannya agama juga hinaan, siapa yang kuat menahan amarah atas hinaan, dikatakan sukses dalam memaknai ajaran agama sehingga mampu menguasai agama, bukan dikuasai agama, karena agama diadakan untuk membantu manusia hidup didunia ini menuju dunia sekarang dan nanti, biarkan anjing mengonggong kafila berlalu jua, penganut agama sejati siap menerima segala celaan dan pujian, karena dia sesungguhnya tidak membutuhkan celaan dan pujian itu, namun yang dibutuhkan adalah kebahagiaan sejati