Rabu, 02 November 2011

Penanggalan

WARIGA & PENANGGALAN SAKA BALI


I WARIGA DASAR PELAKSANAAN AJARAN AGAMA HINDU DI BALI
Ilmu wariga sesungguhnya mengajarkan kepada umat manusia di muka bumi ini bahwa benda-benda bersinar di langit sangat memberikan pengaruh terhadap kehidupan di jagat raya ini. Benda – benda langit tersebut yang menjadi dasar perhitungan wariga, sebab unsur – unsur yang membangun sistem wariga tersebut merupakan simbol benda – benda langit tersebut.
Ilmu wariga yang berkembang di Bali ditinjau dari unsur matematis, unsur sistematis dan unsur geografisnya merupakan asli perhitungan bumi pramana (Lokal Bali-Indonesia). Unsur matematis adalah keakuratan sistem wariga di dalam menentukan umur tahun, umur bulan dan umur hari. Unsur sistematis adalah keakuratan ilmu wariga dalam menentukan hari-hari raya keagamaan dalam tradisi Hindu di Bali. Unsur geografis adalah sesuai dengan tempat dan kondisi dimana ilmu wariga itu diterapkan.
Padewasan merupakan penerapan ilmu wariga yang di dalamnya menguraikan tentang perhitungan waktu dan baik buruknya hari. Padewasan berasal dari kata “dewasa” mendapat awalan “pa” dan akhiran “an” (pa + dewasa + an). Dewasa artinya hari pilihan, hari baik. Dewasa menurut Sir Monir Wilams, M.A, K.C.I.E. di dalam Sankrit – English Diktionary disebutkan dengan kata “Divasa”, adalah bahasa Sansekerta dari akar kata “Div” yang artinya sinar. Dari kata “Div” kemudian menjadi kata divasa berarti sorga, langit, hari. Dari kata divasa itulah kemudian menjadi kata dewasa yang artinya hari pilihan atau hari baik. Di Bali juga berkembang istilah “duwasa” yaitu berasal dari akar kata duwa – asa, duwa artinya ‘kalih”, asa artinya “pikayun” yaitu “nyikiang pikayun sang mapinunas kelawan sang mapica”. Setiap kegiatan keagamaan di Bali selalu didasari oleh penentuan hari yang baik untuk mendapatkan hasil yang baik secara religius. Disamping itu sering juga di temukan istilah “ala ayuning dewasa” pada masyarakat Hindu Bali yang artinya baik buruknya hari. Maksudnya hari itu ada baik dan ada buruknya, yaitu baik untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan buruk untuk melaksanakan pekerjaan yang lainnya. Sebenarnya hari itu memiliki sifat yang relatif, tergantung dari orang memilih untuk mempergunakannya. Dengan demikian untuk memilih hari baik memerlukan pertimbangan yang matang dan bijaksana serta mampu membedakan yang baik dan yang buruk dalam satu kegiatan. Oleh karenanya perlu diketahui fungsi dari masing-masing unsur yang membangun sisitem wariga dalam kaitannya dengan padewasan.
Sejalan dengan itu ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam ilmu wariga tersebut yang merupakan dasar pengetahuan tentang wariga yang juga merupakan sebagai unsur yang membangun sistem wariga adalah : wewaran, wuku, tanggal/panglong, sasih, dan dawuh. Dari semua unsur-unsur ini dijadikan dasar dalam menerapkan ilmu wariga sehingga memunculkan padewasan. Apabila ingin memahami ilmu wariga di Bali semestinya terlebih dahulu memahami unsur-unsur yang membangun sistem wariga tersebut, misalnya wewaran beserta dengan neptu dan rumus-rumusannya, wuku dengan perhitungannya, meningkat pada penanggal/ panglong dengan penguasaan ilmu pengalantakanya yang menata posisi purnama tilem, selanjutnya memahami perhitungan sasih, dan yang terkhir bisa menghitung dawuh. Bagi orang yang sudah mampu dalam angulikaken atau menghitung perhitungan wariga tersebut, maka orang tersebutlah yang berwenang didalam aniwakaken atau memberi padewasan untuk suatu kegiatan.

DASAR - DASAR PENGETAHUAN TENTANG WARIGA

I. W E W A R A N
Hari-hari atau Wewaran itu sebenarnya adalah simbolis dari benda-benda alam yang disebut dengan Brahmanda. Misalnya Minggu (Redite) adalah simbolis dari Matahari. Demikian pula benda-benda alam lainnya, seperti Bulan (Senin), Mars (Selasa), Mercurius (Rabu), Yupiter (Kamis), Venus (Jumat), Saturnus (Sabtu) serta benda-benda angkasa lainnya lagi mempunyai pengaruh tertentu.
Wewaran terdiri dari :

  1. Eka wara = Luang (hurip ; 1, Sanghyang Taya)
2. Dwi wara = Menga,(hurip ; 5, Sanghyang Kalima), Pepet ( hurip ; 7, Sanghyang Timira)
3. Tri wara = Pasah,(hurip ; 9, Sanghyang Cika), Beteng, (hurip ; 4, Sanghyang Wacika), Kajeng, (hurip; 7, Sanghyang manacika)
  1. Catur wara = Sri, (hurip;4, bhatari gangga), Laba (hurip;5,Sanghyang Bayu), Jaya (hurip;9,Sanghyang Sangkara), Mandala (hurip;7,Sanghyang Kancana Widhi).
  2. Panca wara = Umanis (hurip;5,Sanghyang Iswara), Paing (hurip; 9, Sanghyang Brahma), pon (hurip;7,Sanghyang Mahadewa), wage (hurip;4,Sanghyang Wisnu), Kliwon (hurip;8, Sanghyang Siwa).
  3. Sad Wara = Tungleh (hurip;7, Sanghyang Indra), Aryang (hurip; 1,Sanghyang Brahma), Urukung (hurip ;5,Sanghyang Kwera), Paniron (hurip ; 8,Sanghyang Bayu), Was (hurip ; 9,Sanghyang Bajra), Maulu (hurip ; 3, Sanghyang Erawan).
  4. Sapta Wara = Radite (hurip ; 5,Sanghyang Baskara), Soma (hurip ; 4,Sanghyang candra), Anggara (hurip ; 3,Sanghyang Manggala), Buddha (hurip ; 7, Sanghyang Udaka), Wraspati (hurip ; 8, Sanghyang Sukra Guru), Sukra (hurip ; 6,Sanghyang Bregu), Saniscara (hurip ; 9, Sanghyang Wasu).
  5. Asta wara = Sri (hurip ; 6, Dewi Sri), Indra (hurip ; 5,Sanghyang Indra), Guru (hurip ; 8, Sanghyang Guru), Yama (hurip ; 9,Sanghyang Yama), Ludra (hurip ; 3,Sanghyang Ludra), Brahma (hurip ; 7,Sanghyang Brahma), Kala (hurip ; 1,sanghyang Kala), Uma (hurip ; 4, Sanghyang Amertha).
  6. Sanga wara = Dangu (hurip ; 5,Bhuta urungan), Jangur (hurip ; 6,Bhuta Pataka), Gigis (hurip ; 8, Bhuta Jirek), Nohan (hurip ; 1,Bhuta Reregek), Ogan (hurip ; 8, Bhuta jingkrak), Erangan (hurip ;3, Bhuta Jabung), Urungan (hurip ; 7, Bhuta Kenyeng), Tulus (hurip ; 9, Sanghyang Saraswati), Dadi (hurip ; 4, Sanghyang Dharma).
10. Dasa wara = Pandita (hurip ; 5,Sanghyang Aruna), Pati (hurip ; 7,Sanghyang Kala), Suka (hurip ; 10,Sanghyang Semara), Duka (hurip ; 4,Dewi Dhurga), Sri (hurip ; 6, Sanghyang Bahsundari), Manuh (hurip ; 2, Sanghyang Suksma Jati), Manusa (hurip ; 3, sanghyang Suksma Jati), Raja (hurip ; 8, Sanghyang Kala Tangis), Dewa (hurip ; 9, Sanghyang Sambu), Raksasa (hurip ; 1, Sanghyang Kalakopa).

II. Wuku
Adanya Wuku diambil dari mitos Watugunung yang termuat dalam Rontal Medang Kamulan dan Purwaning wariga. Wuku juga memegang peranan penting dalam perhitungan pedewasan, utamanya yang menyangkut tentang nama, dewanya wuku, dan tempatnya dalam pengider – ider sebagai berikut :

  1. Nama wuku dan Dewanya :
    1. Sinta Bhatara Yamadipati
    2. Landep Bhatara Mahadewa
    3. Ukir Bhatara Mahayekti
    4. Kulantir Bhatara Langsur
    5. Tolu Bhatara Bhayu
    6. Gumbreg Bhatara Cakra
    7. Wariga Bhatara Asmara
    8. Warigadean Bhatara Maharsi
    9. Julungwangi Bhatara Sambu
    10. Sungsang Bhatara Gana
    11. Dungulan Bhatara Kama Jaya
    12. Kuningan Bhtara Indra
    13. Langkir Bhatara Kala
    14. Medangsia Bhatara Brahma
    15. Pujut Bhatara Guritna
    16. Pahang Bhatara Tantra
    17. Klurut Bhatara Wisnu
    18. Mrakih Bhatara Surenggana
    19. Tambir Bhatara Siwa
    20. Madangkungan Bhatara Basuki
    21. Matal Bhatara Sakti
    22. Uye Bhatara Kuwera
    23. Menail Bhatara Citragota
    24. Prangbakat Bhatara Bisma
    25. Bala Bhatara Durgha
    26. Ugu Bhatara Singajalma
    27. Wayang Bhatara Sri
    28. Kalawu Batara Sedana
    29. Dukut Bhatara Baruna
    30. Watugunung Bhatara Antaboga.

III. PENANGGAL DAN PENGELONG
Penanggal dan pengelong perhitungannya berdasarkan peredaran bulan satelit dari bumi sebagai berikut :
  1. Penanggal (tanggal) disebut Suklapaksa.
Perhitungan hari – harinya adalah sesudah bulan mati/tilem sampai dengan purnama (bulan sempurna), lamanya sekitar 15 hari dari penanggal 1 s/d 15.
Penanggal 14 sering disebut Purwani artinya bulan mulai akan sempurna nampak dari bumi. Sedangkan penanggal 15 disebut Purnama artinya bulan sudah bulat betul atau bulan sempurna nampak dari bumi.
2. Pengelong disebut Kresnapaksa
Perhitungan hari-harinya adalah sehari sesudah purnama lamanya sekitar 15 hari dari pengelong 1 s.d 15. pengelong 14 sering disebut Purwanning Tilem artinya bulan mulai akan tidak nampak dari bumi. Sedangkan pengelong 15 disebut Tilem artinya bulan sama sekali tidak nampak dari bumi.
Pedewasan yang muncul dari penanggal / pengelong
Penanggal/ pengelong
  1. Semua pekerjaan boleh dilakukan dan berhasil tergolong baik.
  2. Tidak ada halangan, semua pekerjaan berhasil tergolong baik
  3. Tidak berhasil tergolong buruk
    1. Kosong tidak ada apa-apa,tidak berhasil buruk
    2. Menemui makanan tergolong baik
    3. Tidak mendapat dana punia/persembahan tergolong buruk
    4. Rahayu ( selamat ) tergolong baik
    5. Rusak (kaon) tergolong buruk
    6. Medurgama (amat berbahaya) amat buruk
    7. Rahayu (selamat) tergolong baik
    8. Jika berpergian mendapat kesenangan Tergolong baik
    9. Menyebabkan kematian tergolong buruk
    10. Selamat dan senang tergolong baik sekali
    11. Menderita ( sengsara ) tergolong buruk
15 Dicintai anak ( tresnain anak ) tergolong Baik.
Ala Ayuning Pananggal Pawiwahan
Baik buruknya Penanggal dalam upacara pernikahan.
Pananggal ( Tanggal ) :
  1. Baik : senang dan selamat
  2. Baik : kerabat, teman-teman menaruh rasa sayang
  3. sedang/madya : banyak mempunyai putra
  4. Buruk : menyebabkan janda
  5. Baik : senang dan selamat
  6. Buruk : menderiata (keduhkitan)
  7. Baik : amat bahagia
  8. Buruk : menderita sakit-sakitan
  9. buruk sekali : penderitaan tak putus-putusnya
  10. Baik sekali : kaya raya
  11. Buruk : tidak berhasil
  12. Buruk : menderita (kalaran)
  13. Baik : berhasil
  14. Buruk : bertengkar menybabkan perceraian.
    1. Buruk sekali : selamanya menderita (tanpegat Kelaran ).




IV. Sasih
Sasih disebut masa artinya bulan. Dalam setahun terdiri dari 12 masa atau 12 bulan. Sasih ada beberapa jenis sebagai berikut :

Jenis Sasih
  1. Sasih Wuku : mengikuti jalannya wuku yaitu 2 x 210 hari = 420 hari. Tiap bulan umurnya 35 hari.
  2. Sasih Candra : mengikuti peredaran bulan mengeliling bumi lamanya 354/355 hari, setiap bulan umurnya 29/30 hari tepatnya 29 hari 12 jam 44 menit 9 detik
  3. Sasih Surya : mengikuti perderan bumi mengeliling matahari lamanya 365/366 hari. Tepatnya dalam setahun 365 hari 5jam 43 menit 46 detik. Tiap bulan umurnya berkisar 30/31 hari dan sasih kawolu umurnya 26/29 hari.

Nama – nama sasih
(jawa) (Bali) (sekitar bln)
1. Srawana - kasa - Juli
2. Bhadrawada - karo - Agustus
3. Asuji/aswino - Katiga - September
4. Kartika - Kapat - Oktober
5. Marggasirsa - Kalima - November
6. Posya - Kanem - Desember
7. Magha - Kapitu - Januari
8. Palguna - Kawolu - Februari
9. Caitra - Kasanga - Maret
10. Waisaka - Kadasa - April
11. Jyesta - Desta - Mei
12. Asadha - Sada - Juni.

Sasih Hubungannya dengan Wiwaha ( Upacara Pernikahan )
  1. Srawana : Buruk, anak – anaknya menderita
  2. Bhadrawada : Buruk, sangat miskin
  3. Asuji : Sedang, banyak anak
  4. Kartika : Baik,kaya dicintai orang
  5. Marggasirsa : Baik, tidak kurang makan dan minum
  6. Posya : Buruk, janda
    1. Magha : Baik, mendapat keselamatan dan Panjang umur
8. Palguna : Buruk, kurang makan dan minum
9. Caitara : Buruk sekali, selalu sengsara sakit-sakitan
10. Waisaka : Baik sekali, kaya raya selalu gembira
11. Jyesta : Buruk, duka,sering bertengkar marah
12. Asadha : Buruk, sakit – sakitan.
Catatan :
  1. Sasih yang baik untuk Pitra Yadnya : Kasa,karo, katiga
  2. Sasih yang baik untuk Dewa Yadnya : Kapat, kalima, kapitu, kadasa.
  3. Sasih yang baik untuk Bhuta Yadnya : Kanem dan kasanga
  4. Sasih baik untuk mamukur : Kadasa

V. Dawuh
Dawuh berarti Waktu atau Jam. Dasar perhitungannya adalah Rotasi bumi pada sumbunya, sehingga terjadi perubahan setiap saat. Sekali pusingan bumi pada sumbunya adalah 24 jam (1 hari). Perhitungan dawuh pada umumnya dimulai dari matahari terbit.
Jenis – jenis Dawuh :
  1. Dawuh Sekaranti : perhitungannya 12 jam : 5 sehingga setiap Dawuh lamanya 2 jam 24 menit
  2. Panca Dawuh : perhitungannya 12 jam : 5, sehingga setiap Dawuh lamanya 2 jam 24 menit.
  3. Asta dawuh : perhitungannya 12 jam : 8, sehingga setiap Dawuh lamanya 1 jam 30 menit.



Sarining dawuh atau Dawuh Inti.
Sarining Dawuh atau Dawuh Inti adalah waktu atau jam – jam yang baik ( dawuh ayu ) untuk memulai suatu pekerjaan. Sarining dawuh adalah merupakan saringan dari pertemuan Panca dawuh dengan Asta dawuh sebagai berikut:
  1. Minggu/Redite,
Siang : 00.70-07.54 dan10.18-12.42
Malam : 22.18-24.42 dan03.00-04.00
2.Senin/Coma,
Siang : 07.54-10.18
Malam : 24.42-03.06
3.Selasa/Anggara,
Siang : 10.00-11.30 dan 13.00-15.00
Malam :19.54-22.00 dan 22.30-01.00
4. Rabu/Buda,
Siang : 07.54-08-30 dan 11.30-12.42
Malam : 22.18-23.30 dan 02.30-03.00
5. Kamis/Wraspati,
Siang : 05.30-07.54 dan 18.42-14.30
Malam :20.30-22.18 dan 03.06-05.30
6. jumat/Sukra,
Siang : 08.30-10.18 dan 16.00-17.30
Malam : 17.30-19.00 dan 24.42-02.30
7.Sabtu/ Saniscara
Siang : 11.30-12.42
Malam : 22.18-23.30

II GAMBARAN UMUM TENTANG PENANGGALAN SAKA BALI
Kalender Saka Bali adalah Kalender yang khusus di buat di Bali, dengan inti didalamnya adalah Ilmu Wariga dalam memperhitungkan ala-ayuning Dewasa ( hari baik dan hari buruk untuk suatu kegiatan), dan Pelaksanaan kegiatan keagamaan akan selalu berpedoman pada kalender Saka Bali ini. Berbeda dengan kalender-kalender lainnya,Kalender Saka Bali ini belum bisa dipastikan siapa penciptanya, namun melihat dari perkembangannya, dan peredarannya Kalender Saka Bali ini, maka akan diketemukan Beliau seperti Bapak I Gusti Bagus Sugriwa (alm) dan Bapak I ketut Bambang GD. Rawi (alm), adalah sebagai perintis kalender yang kita warisi sekarang ini.
Secara umum Kalender Saka Bali merangkum empat sitem kalender yaitu :
1. Solar sistem ( surya pramana ). Adalah pola kalender yang berpedoman dengan jangka waktu peredaran bumi mengelilingi matahari, yang dinyatakan satu tahun disebut satu tahun surya ( umur tahunnya : 365 hari, 48 menit, 46 detik. / 365, 22 hari.)
2. Lunar sistem ( Candra Pramana ). Adalah pola kalender dengan jangka waktu peredaran Bulan mengelilingi Bumi, selama : 29 hari, 12 jam, 44 menit, yang dinyatakan satu bulan, dan satu tahunnya adalah dua belas bulan disebut satu tahun candra ( 354 hari, 48 menit, 36 detik.)
3. Luni Solar sistem ( Tahun Surya Candra) adalah pola kalender yang berpedoman dengan penggabungan tahun Surya dengan Tahun Candra. Umur tahunnya ada dua macam ; tahun panjang berumur 13 bulan candra dan tahun pendek berumur 12 bulan candra.
4. Sistem Wuku yang perhitungannya berdasarkan perputaran Wuku yang jumblahnya 30 wuku, mulai dari Sinta dan berakhir pada Watu Gunung. Satu wuku terdiri dari 7 hari. Satu bulan wuku terdiri dari 35 hari, dan satu tahunnya adalah 420 hari.
Penanggalan saka Bali adalah penanggalan yang banyak dipengaruhi oleh unsur mistik (religius) disamping juga ditentukan oleh beberapa unsur lainnya seperti : unsur matematis yang menyangkut umur hari, umur bulan dan umur tahunnya. Unsur sistematis yang menyangkut bagaimana ketepatan perhitungan hari-hari suci dalam kegiatan keagamaan dan secara unsur Geograpisnya penetapan bulan dan tutup tahunnya tepat sehingga dalam penerapannya mudah dipahami oleh masyarakat. Kalender saka Bali menterpadukan seluruh sistemmatika kalender, karena itulah umur tahunnya ada dua macam yaitu ; tahun panjang dengan 13 bulannya dan tahun pendek dengan 12 bulannya, ini terjadi akibat penggabungan surya-candra pramana.
Pada tahun pendek yang berumur 12 bulan, adalah biasa, namun pada saat tahun panjang yang berumur 13 bulan akan diketemukan suatu permasalahan terutama pada dalam menetapkan sisipan 1 bulan yang dikenal dengan istilah “Pangrepeting Sasih” atau nampih sasih.
Kalender Saka Bali menempatkan bulan yang ke 13 dengan nama MALAMASA, hanya pada dua jenis sasih yaitu pada sasih Desta dan Pada Sasih Sada dengan sumber sastranya mengacu pada suatu sumber Wariga yang berbunyi :
Mwah kengetakna ikang mimitaning sasih, ring pratipada ikang sukla paksa, muah madianing sasih ana ring purnama sukla paksa, muah panelasaning sasih ana ring Tilem-Kresna paksa pwa ya. Maka pamurwaning sasih kahanan dening sukla paksa lan kresna paksa, luir danu lawan segara, esok lawan sore. Muah aja lipia pangrepeting sasih ngaran Malamasa, ana ring Desta-Sada, panemugelangin daksinayana, Iswayana, Utarayana, panglanglanging surya.
Arti bebas : Dan ingatlah, mulainya sasih adalah awalnya Suklapaksa. Dan pertengahan sasih adalah purnama sukla paksa, serta berakhirnya sasih adalah tilem kresna paksa. Keberadaan sasih yang terdiri dari suklapaksa dan kresnapaksa bagaikan danau dan samudra, pagi dan sore. Dan jangan lalai pangrepeting sasih dinamakan malamasa ada pada desta-sada pertemuan putaran daksinayana (keselatan), Iswayana (tengah), Utarayana (utara), peredaran matahari.
Dari sumber sastra wariga yang tercantum di atas, apabila diperhatikan dan dijabarkan, maka akan terdapat suatu rumusan sebagai berikut :
  1. Mulainya suatu sasih adalah awalnya sukla paksa yaitu penanggal 1 (apisan)
  2. Pertengahan sasih adalah purnama, (penanggal 15)
  3. Berakhirnya suatu sasih adalah tilem (panglong 15 )
  4. Pangrepeting sasih dinamakan malamasa, ada pada sasih desta dan sasih sada.
Pangrepeting sasih dalam penanggalan Saka Bali hanya ada pada sasih desta dan sada saja, menunjukan suatu rumusan yang sangat sistematis praktis. Sistematis praktis menunjukan suatu sistem yang mudah untuk diterapkan secara praktis. Sistem rumusannya mudah diingat, dan tidak ada lagi sasih lain yang di mala-kan.
Disamping itu pangrepeting sasih malamasa sangat tepat menurut padewasan. Dalam padewasan sasih desta-sada ini dikatagorikan sebagai sasih sebel yaitu sasih yang tidak baik untuk segala macam padewasan (panca yadnya). Jadi dengan penempatan sasih mala pada sasih desata-sada sangat tepat, dan untuk sasih yang lainnya dari Kasa sampai Kadasa tidak ada yang ditampih sehingga tidak membingungkan dalam penerapan padewasan menurut sasih terutama dalam upacara odalan atau ngaben ngerit pada sasih-sasih yang baik untuk itu. Selain itu posisi tilem kesanga selalu ada di bulan maret, tilem kepitu selalu ada pada bulan januari, dan tilem sasih katiga selalu ada pada bulan september. Dengan posisi tilem kesanga yang selalu berada pada bulan maret, amatlah mudah untuk mengetahui kapan pelaksanaan Tawur kesanga serta hari Nyepi sebagai tahun Baru kalender Saka Bali. Secara alami pada bulan ini posisi matahari tepat berada diatas bumi yang secara umum dikenal dengan istilah bajeging surya, lamanya waktu siang dan malam sama atau dalam keadaan seimbang. Tepatlah pelaksanaan tawur kesanga ini dilaksanakan pada tilem kesanga, tilem yang ada di bulan maret.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar