Rabu, 02 November 2011

Agama, Baju dan Sandal

Manusia sungguh mahkluk yang fenomental, dikatakan fenomental karena dirinya selalu memiliki dualitas, sementara dalam tataran egonya dia mengatakan paling sempurna diantara seluruh ciptaan Tuhan, namun keadaan inilah yang justru membuat keanehan baru bagi yang disebut manusia. jika manusia paling sempurna, mengapa ada agama dan ikmu pengetahuan, sedangkan binatang dan tumbuhan tanpa agama dan ilmu pengetahuan mereka bisa hidup. dalam keegoannya banyak manusia yang lupa diri bahkan pura-pura lupa pada ajaran agamanya sehingga cenderung manusia berperilaku seperti binatang, melawan hukum bahkan moralitas diremehkan, jika demikian, maka sebaiknya manusia itu tidak perlu berbaju maupun bersandal. hal demikianlah yang membuat fenomental bagi manusia yang katanya beragama akan menjadi manusia yang baik dan sempurna, namun fakta menunjukkan manusia yang beragama cenderung melakukan tindakan kekerasan atas nama agamanya jika dihina ajaran agamanya.
jika manusia beragama namun menjadikan dirinya sebagai manusia yang sombong, maka sesungguhnya dia adalah mahkluk yang kurang sempurna. dikatakan kurang sempurna bahwa semakin beragama mereka semakin berperilaku sombong, merendahkan orang lain, merasa agamanya paling benar, lalu apa yang perlu diperbaiki jika fenomena ini selalu muncul bagi penganut agama?
penganut agama adalah orang-orang yang memandang bahwa agama adalah suatu keharusan untuk dipahami dan dijalankan perintah ajarannya guna mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin, namun ada sebagian penganut agama hanya sebagai pelengkan hidupnya agar tidak dikatakan orang yang tidak beragama karena hidup dilingkungan masyarakat agama bahkan ada sebagian penganut agama hanya dipakai hiasan agar derajat hidupnya meningkat dan hebat berbaju agama. keadaan tersebut membuat berbagai tafsiran makna dan arti agama bagi penganut agama terlebih bagi pemula penganut agama itu, bahwa dia akan menjadikan agama sebagai apa atau sesuai pendahulunya atau beragama hanya karena warisan orang tua?
Penganut agama yang memahami guna agama diturunkan dibumi ini mereka akan menjadi manusia yang sempurna hidupnya, karena sampai saat ini inti ajaran dari berbagai agama masih eksis sebagai pembina moralitas manusia menuntun hidup manusia di jalan kedamaian dan keharmonisan diantara sesama manusia, alam dan Tuhannya. keberadaan manusia yang salah menarik kesimpulan menjadikan manusia beragama sebagai mahkluk yang sombong. keadaan ini disebabkan akibat pemakaan agama dipandang sebagi baju.  analogi baju manusia adalah agama, maka jika bajunya dilepas manusia akan terlihat telanjang, sedangkan manusia yang berbaju secara nyata sesungguhnya manusia yang bukan asli alias manusia yang sedang menutupi keasliannnya yang sesungguhnya manusia itu telanjang, dengan demikian jika agama dipandang sebagai baju maka manusia beragama hanyalah manusia yang sedang berpura-pura hebat, pinter dan agung karena memiliki baju atau agama, jika manusia itu bajunya dilepas alias sama-sama tidak beragama, maka sesungguhnya mereka derajatnya sama, namun ketika beragama terdapat penggolongan manusia suci dan manusia kotor bahkan muncul manusia baik dan manusia buruk karena kemahiran agamanya. jika kemahiran agama dijadikan tolok ukur untuk menilai manusia, lalu bagi manusia yang tidak beragama namun mereka mampu berbuat baik, tidak merusak dan memiliki rasa tengangrasa, welas asih, suka menolong bahkan melebihi prilaku orang yang beragama? lalu bagaimana kebenaran nilai itu?
Analogi sandal bagi manusia adalah alat pijakan kaki dalam berjalan agar selamat perjalanannya, derajat sandal berada dibawah, namun sandal sangat bermanfaat bagi manusia. jika agama dipakai baju sedangkan ajaran agama dipakai sandal, maka manusia bisa menimbang dan memilih mana yang bisa menyelamatkan dirinya apakah baju atau sandalnya, baju bisa menahan panas sinar matahari atau udara sejuk, namun sandal bisa menahan dari kekerasan kerikil maupun duri dan bahan berbahaya dipermukaan tanah. analogi ini jika dipahami akan membuat manusia yang beragama mampu memaknai agamanya, bahwa tidak ada yang perlu disombongkan atas kebenaran ajaran agamanya, karena sesungguhnya walaupun baik dan benar derajat agama bisa juga seperti sandal artinya rendah, demikian juga bisa sebagai baju yaitu sedang dan bisa juga sebagai pelindung badan maka dengan demikian tiada alasan untuk membela agama jika agama dihina, karena agama sesungguhnya suatu ajaran untuk dipahami dan dijalankan yang memiliki kadar tinggi dan rendah, sehingga jika ada yang merendahkan derajat suatu agama itu hal biasa saja, lalu mengapa manusia penganut agama berekspresi marah-marah jika ada yang menghina agamanya, bukankah seperti anak kecil? sang agama sendiri diam namun penganutnya beringas,ini yang salah dalam memaknai agama. jika memang bangga beragama, maka juga bangga pada siapa saja tanpa marah kalau dihina, karena jawabannya agama juga hinaan, siapa yang kuat menahan amarah atas hinaan, dikatakan sukses dalam memaknai ajaran agama sehingga mampu menguasai agama, bukan dikuasai agama, karena agama diadakan untuk membantu manusia hidup didunia ini menuju dunia sekarang dan nanti, biarkan anjing mengonggong kafila berlalu jua, penganut agama sejati siap menerima segala celaan dan pujian, karena dia sesungguhnya tidak membutuhkan celaan dan pujian itu, namun yang dibutuhkan adalah kebahagiaan sejati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar