Kamis, 28 September 2017

Materi Ringkas LOGIKA untuk Jurusan Teologi Fakultas Brahma Widya IHDN Denpasar

Materi Ringkas Teologi

ARTI DAN SEJARAH LOGIKA:
bhs Latin=Logos=perkatan/sabda
bhs arab=mantiq=berkata/berucap

Istilah Logika pertama digunakan oleh zeno dari Citium (334-262 SM) pendiri School Logikos
logikos-logos(latin)= sesuatu yang diutarakan dengan pertimbangan akal (pikiran), kata percakupan dan bahasa
LOGIKOS= mengenai sesuatu yang diutarakan mengenai suatu pertimbangan akal (pikiran) mengenai kata, mengenai percakapan, atau yang berkenaan dengan bahasa.
LOGIKA=secara Etimologis adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa
Sciece=Ilmu=ada keraguan
Knowledge=Pengetahuan=tanpa ragu
Logika=cabang Filsafat yang bersangkutan dengan aturan-aturan penyimpulan yang sah, atau dapat  dicirikan sebagai suatu teori penyimpulan dedukatif atau pendekatan tentang kesalahan dari jenis2 penyimpulan yang berbeda
Logika juga bagian dari obyek Filsafat yaitu Fikir yang didalamnya membicarakan tentang aturan berfikir sehingga dapat mengambil kesimpulan yang sah.

RINGKASAN ARTI LOGIKA:
Merupakan cabang Filsafat yang menyusun, mengembangkan dan membahas asas-asas, aturan-aturan, formal dan prosedur normatif serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional

OBYEK LOGIKA
  1. Obyek Material; berfikir
  2. Obyek Formal; berfikir lurus dan tepat atau suatu pemikiran yang memakai metode dan aturan yang benar sehingga dapat terhindar dari kesalahan dalam mencari kesimpulan atas kebenaran yang diinginkan.
JENIS LOGIKA
  1. Logika Kodratiah/Naturalis/alamiah: kecakapan  berlogika berdasakan kemampuan akal bawaan manusia.
  2. Logika Ilmiah; memperhalus, mempertajam pikiran serta akalbudi dengan demikian akalbudi  bekerja lebih tepat, terarah, mudah dan aman sehingga terhindar dari kesesatan.
TUJUAN LOGIKA:
      Membantu manusia untuk berfikir lurus, tepat dan teratur sehingga dapat memperoleh kebenaran dan terhindar dari kesesatan
      Manusia dapat memakai dasar pikirannya sebelum bertindak
      Membantu manusia untuk menganalisa segala sesuatu sehingga manusia mampu menggunakan pikirannnya sendiri dengan benar dalam memaknai sesuatu.
      Merangsang manusia untuk bertindak berdasarkan atas pemikiran dan pertimbangan yang bersifat OBYEKTIF
      Logika adalah suatu metode atau teknik yang digunakan untuk meneliti ketepatan penalaran. Ketepatan penalaran adalah kemampuan untuk menarik konklusi (kesimpulan) yang tepat dari bukti-bukti yang ada. Penalaran adalah suatu bentuk pemikiran. Secara umum logika dibedakan menjadi logika deduktif dan logika induktif.
LOGIKA DEDUKTIF
      Logika deduktif menelaah tentang bentuk atau pola dari prinsip-prinsip penarikan kesimpulan yang sah. Logika deduktif juga disebut logika formal, karena yang dibicarakan hanyalah bentuk dari penarikan kesimpulan yang sah terlepas dari isi yang dibicarakan.
      Cara berargumen deduktif absah manapun yang mempunyai dua premis dan suatu kesimpulan.
      Premis-premis demikian terkait kesimpulan yang terkandung dalam premis-premis, konklusi harus menyusul

LOGIKA INDUKTIF:
      Sedangkan logika induktif membahas tentang prinsip-prinsip penarikan kesimpulan yang sah yang bersifat umum berdasarkan hal-hal yang bersifat khusus. Logika induktif juga disebut logika material karena berusaha menemukan prinsip penalaran yang tergantung kesesuaiannya dengan kenyataan.
SILOGISME:
      Syllogism (ing), Syllogismos (Yun)= penggabunga, penalaran
      Logizesthai= menggabungkan, menyimpulkan dengan penalaran.
SILOGISME ARISTOTELES:
      Memiliki tiga pernyataan atau preposisi.
      Dua Pernyataan pertama premis sedangkan
      pernyataan ketiga deduksi dari edua pernyataan sebelumnya sebagai kesimpulan
      Subjek kesimpulan terletak pada apa yang dinamakan Premis Minor.
      Predikat esimpulan terletak pada apa yang dinamakan Premis Mayor.
Contoh:
      Pemis Mayor: Semua manusia mati = M-P
      Premis Minor: semua bapak bangsa manusia= S-M
      Simpulan: semua bapak bangsa mati= S-P
SILOGISME HIPOTESA:
      Bergumul dengan penalaran
      Absah  yang bersifat mungkin, jika memakai pernyataan2 “Jika-maka” atau kombinasi pernyataan “jika-maka” dan pernyataan kategoris
Contoh:
      Jika hujan, parade di batalkan
      Maka, hujan, parade dibatalkan
      Jika hujan, jalan menjadi basah.
      Dan hujan
      Maka, jalan menjadi basah

      Gabungan proposisi hipotesa dan kategoris:
      “jika datang badai, barometer akan turun,
      Barometer tidak sedang turun’
      Maka, badai tidak datang”

SLOGISME DISJUNGTIF:
      “Entah hujan atau tidak panen akan gagal
      tidak hujan
      Maka, panen gagal”
      Entah ia lahir di Jakarta atau ia lahir di Denpasar.
      Dia lahir di jakarta
      Maka ia tidak lahir di Denpasar
ABSAH DAN BENAR:
      Absah=valid berkaitan dengan prosedur penyimpulannya apakah pengambilan konklusi sesuai dengan patokan atau tidak.
      Dikatakan valid jika sesuai dengan patokan, demikian jika tidak valid berarti tidak menurut patokan sebenarnya.
Valid, premis salah= konklusi benar:
Contoh I
      Semua pemuja Tuhan tidak baik (Salah)
      Semua yang jahat itu baik (salah)
      Jadi; semua yang jahat itu tidak baik. (Benar)
Contoh II
      Semua manusia mahkluk tuhan
      Semua manusia itu jahat
      Semua pencuri itu baik
      Jadi semua pencuri itu jahat

 Prosedur invalid, premis tak sah, konklusi salah:
Contoh:
      Plato adalah filosof
      Aristoteles bukan Plato
      Jadi Aristoteles bukan filosof
Prosedur invalid, premis salah, konklusi benar:
Contoh:
      Sebagian babi tidak berkaki
      Sebagian kucing tidak makan daging
      Jadi sebagian babi tidak makan daging
Prosedur valid, premis salah, konklusi salah:
Contoh:
      Semua yang keras itu tidak enak
      Kue lapis itu keras
      Jadi kue lapis itu tidak enak


Materi Pengantar Filsafat Jurusan Teologi Hindu IHDN Denpasar

Materi Pengantar Filsafat Pertemuan Minggu ke 1-4

BAB I
PENGERTIAN FILSAFAT

            Latar Belakang Filsafat
a.      Keheranan/Ketakjuban
            Sebagian para filsuf berpendapat bahwa adanya rasa heran merupakan asal dari filsafat.
Misal:
-          Plato mengatakan “mata kita memberi pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit”.
Dari pengamatan memberi dorongan untuk menyelidiki. Dan penyelidikan tersebut berasal dari filsafat………
-          Pada kuburan Immanuel Kant (1724 – 1804) tertulis “Coelum Stellatum Supra me, lex moralis intra me”. Kedua gejala yang paling mengherankan menurut Kant, adalah “langit berbintang-bintang diatasnya” dan “hukum moral dalam hatinya” (Harry Hamersma, Dr., 1981 hal. 11).
b.      Kesangsian
            Augustinus (354 – 430) dan Rene Descartes (1596 – 1650) berpendapat bahwa kesangsian itu merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia. Pada saat manusia melihat atau mengetahui sesuatu yang baginya merupakan hal yang baru, maka ia akan heran, kemudian ia merasa sangsi atau ragu-ragu. “Bahkan Rene Descartes terkenal dengan ucapannya. “Cogito Ergo Sum” berarti saya berpikir, jadi saya ada”. Tetapi yang dimaksud Descartes dengan “berpikir” ialah “menyadari”. Jika saya sangsikan, saya menyadari bahwa saya sangsikan. Kesangsian secara langsung menyatakan adanya saya. Dalam filsafat modern kata “”Cogito” seringkali digunakan dalam arti “kesadaran” (Bertens, K., 1979 hal. 45).
Sikap menyangsikan ini sangat berguna untuk menemukan suatu titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
c.       Kesadaran akan keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasan dirinya ini manusia mulai berfilsafat. Ia memikirkan bahwa di luar manusia yang terbatas.
d.      Ketidakpuasan
Sebelum filsafat lahir segala mitos dan mite memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Segala peristiwa alam semesta mitos upaya untuk menjelaskan. Akan tetapi makin lama jawaban yang diberikan oleh mitos tidak lagi memuaskan manusia. Ketidakpuasan akan membuat manusia melepaskan segala sesuatu yang tidak dapat memuaskannya, lalu ia akan berupaya menemukan apa yang dapat memuaskan. Ketika rasio berhasil menurunkan mitos-mitos dari singasananya, lahirlah filsafat yang pada masa itu mencakup seluruh ilmu pengetahuan.
e.       Hasrat Bertanya
Ketakjuban manusia telah melahirkan pertanyaan-pertanyaan, dan ketidakpuasan manusia membuat pertanyaan-pertanyaan itu tak kunjung habis. Pertanyaan tidak boleh dianggap sepele karena pertanyaan yang membuat kehidupan serta pengetahuan manusia berkembang dan maju. Hasrat bertanya membuat manusia mempertanyakan segalanya. Pertanyaan tidak diajukan itu tidak diajukan pada wujud sesuatu, melainkan juga terarah pada dasar dan hakekatnya. Inilah yang menjadi salah satu ciri khas berpikir radikal, sampai ke akar-akarnya, tetapi juga bersifat universal. Dari pertanyaan, filsafat itu ada, tetap ada dan akan terus ada. Filsafat akan berhenti apabila manusia telah berhenti bertanya secara radikal dan universal.
            Definisi Filsafat
              Kata filsafat berasal dari bahasa Arab (falsafah) yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophia dan semuanya itu berasal dari bahasa Yunani Philosophia.
Kata philosophia terdiri dari kata philein yang berarti cinta = love, dan sophiae yang berarti bijaksana = wisdom. Sehingga secara etimologis filsafat berarti cinta kebijaksanaan yang sedalam-dalamnya.
Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti halnya yang banyak dipakai sekarang ini, pertama kali digunakan oleh para kaum sophist dan juga oleh Socrates (470-394).(Rapar,14,1996).
              Ada juga yang berpendapat bahwa filsafat secara harfiah mengandung arti kegandrungan mencari hikmah kebenaran dari arif kebijaksanaan dalam hidup dan kehidupan. Maka dapatlah dikatakan bahwa secara etimologis filsafat berarti mencintai kebijaksanaan dan mendambakan pengetahuan.
            Definisi Filsafat Menurut Para Filsuf
a.       Bahwa filsuf pra-sokratik bahwa filsafat adalah ilmu berupaya untuk memahami hakekat alam dan realitas yang ada dengan mengandalkan akal budi.
b.      Plato mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menarik kebenaran yang asli dan murni. Dan juga beliau mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan azas-azas yang paling akhir dari sesuatu yang ada.
c.       Aristoteles (murid Plato) mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsif-prinsif dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada. Dan juga mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari “peri ada selalu peri ada” (being as being) atau “peri ada sebagaimana adanya” (being is such).(Lasiyo dan Yuwono,10,1985).
d.      Rene Descrates filsuf Prancis yang termasyur dengan argumen je pense donc  atau dalam bahasa latic cogito ergo Sum ( aku berpikir maka aku ada), ia mengatakan bahwa filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal pendidikannya adalah mengenal Tuhan, alam, dan manusia.
e.       William James, filsuf Amerika (tokoh pragmatisme dan pluralisme) filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan tenang.(Rapar,17,1996)
f.       R.F. Berling (Guru Besar di UI dalam bukunya Filsafat Dewasa) mengatakan bahwa filsafat memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang hakekat asas, prinsip dari kenyataan. Berling juga mengatakan bahwa filsafat adalah suatu usaha untuk mencapai radi-radi atau akar kenyataan dunia wujud, juga akar pengetahuan tenang diri sendiri.
Konsep atau gagasan dan definisi filsafat yang begitu banyak tidak perlu membingungkan, bahkan menunjukkan betapa luasnya samudra filsafat. Perbedaan-perbedaan sendiri merupakan suatu keharusan bagi filsafat sebab kesamaan dan kesatuan pemikiran serta pandangan justru mematikan dan menguburkan filsafat untuk selama-lamanya.

            Obyek dan Sudut Pandang Filsafat
            Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek, yang dibedakan menjadi dua:
1.      Obyek material
2.      Obyek formal
1.          Obyek material (material object)
            Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek atau bahan yang dijadikan sasaran penyelidikan.
Misal:
Ilmu kedokteran, ilmu sastra, psikologi, kesemuanya itu mempunyai obyek material manusia
2.          Obyek formal (formal object)
Setiap ilmu pengetahuan mempunyai mempunyai obyek formal atau sudut pandang tertentu terhadap obyek material.
Misal:
-          Ilmu kedokteran obyek formalnya keadaan fisik manusia.
-          Ilmu sastra obyek formalnya hasil karya manusia.
-          Psikologi obyek formalnya proses kejiwaan manusia.
Adapun obyek material dari filsafat adalah segala sesuatu yang ada yang meliputi:
1.      Yang ada dalam kenyataan.
2.      Yang ada dalam pikiran
3.      Yang ada dalam kemungkinan.
            Sedangkan obyek formal filsafat yaitu sudut pandang yang menyeluruh, secara umum, sehingga dapat mencapai hakekat daripada obyek materialnya (Lasiyo dan Yuwono,6,1985).
           
Sudut Pandang Filsafat
            Istilah filsafat  kadang-kadang ditentukan artinya dengan way of life, Weltanschauung, Wereldbeschouwing, Wereld en levens, beschouwing; pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup.
            Filsafat sebagai Weltanschouung atau pandangan dunia merupakan pandangan hidup manusia yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari. Juga di dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Yang kesemuanya itu akan tercermin dalam sikap hidup dan cara hidup. Sikap dan cara hidup ini diarahkan pada tujuan hidup yang dapat diketahui setelah manusia memikirkan dirinya sendiri. Manusia di dalam memikirkan dirinya sendiri tidak bisa lepas dalam hubungannya antara ia dengan dirinya, dengan alam semesta dan dengan pencipta. Pandangan hidup yang sudah meningkat menjadi tujuan hidup, kemudian menjadi pendirian hidup, pegangan hidup dan akhirnya menjadi pedoman hidup.
            Jika filsafat sudah menjadi pandangan hidup seseorang maka ia akan selalu seimbang dalam pribadinya, dapat mawas diri dan tidak bersifat emosional. Ia akan menjadi dewasa dalam berpikir dalam arti selalu mengadakan penyelidikan secra kritis, bersifat terbuka, toleransi dan selalu bersedia meninjau setiap persoalan yang dihadapi secara menyeluruh artinya dari semua sudut pandangan sehingga akhirnya filsafat akan menjadi lebih penting daripada hal-hal lain yang diketahuinya sendiri. Oleh karena itu maka filsafat akan tercermin di dalam tindakannya sehari-hari dan akan mewarnai seluruh aspek kehidupan.(Lasiyo dan Yuwono,3,1985).  

                      Ciri-Ciri Filsafat
            Manusia yang sedang memikir atau mengevaluasi segenap pengetahuanyang telah dimiliki dengan berfilsafat. Pemikiran kefilsafatan itu menurut Drs. Suryadi M.P. mempunyai karakteristik sendiri yaitu:
-          Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas.
-          Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental.
-          Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang di dadapat dijadikan dasar bagi pemikiran-pemikiran selanjutnya (Suryadi,M.P, Drs. 1984, hal. 19)
            Sunoto dalam bukunya yang berjudul “Mengenal Filsafat Pancasila 1’ menyebutkan ciri-ciri dari filsafat yaitu: deskriptif, kritik atau analitik, evaluatif atau normatif, spekulatif dan sistematik

a.          Deskriptif, adalah
Merupakan suatu uraian yang terperinci tentang aspek-aspek sesuatu yang penting, memberikan keterangan bagaimana hal itu bekerja (The Liang Gie, 1977, Hal 64).
b.          Kritik atau Analitik
-          Menurut Williem Alston menyatakan bahwa tugas yang pertama dari filsafat yakni analisa pengertian, hal ini beliau memberikan alasan bahwa filsafat cocok untuk menghasilkan kejelasan dan ketegasan sehubungan dengan konsep dasar,  mana kita memikirkan  dunia dan akehidupan manuisia. (The Liang Gie, 1977 hal. 65).
-          Karena filsafat mempunyai ciri yang kritik dan analitik maka sering didefinisikan sebagai pencaruan arti atau suatu kegiatan manusia utuk menemukan kejelasan terhadap istilah-istilah
c.           Evaluatif atau normatif
Dengan mengadakan penilaiaan atau evaluasi berarti bahwa manusia igin menetapkan norma-norma dan dari norma-norma itu dijadikan pedoman atau tolak ukur tindakan manusia.
d.          Spekulatif
Sebagai kegiatan akal budi manusia filsafat merupakan suatu perekaan atau spekulasif. Manusia dengan kemampuannya mengadakan penjajagan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang mereka hadapi sehari-hari secara tuntas.
e.           Sistematik
Filsafat merupakan suatu sistem, hal ini berarti bahwa filsafat mempunyai beberapa unsur yang dapat dibedakan secara jelas. Unsur-unsur itu tidak berdiri sendiri, melainkan berkaitan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Setiap unsur yang satu dengan yang lainnya saling pengaruh mempengaruhi saling mendukung dan membentuk suatu kesatuan atau kebulatan dan merupakan suatu sistem. Jadi unsur-unsur itu tidak bisa dipisah-pisahkan hanya saja bisa dipilah-pilahkan.